Produksi Rumput Laut RI Kian Terhimpit Proyek Tambang

Pengusaha meminta pemerintah terkait Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memeriksa kembali data hasil produksi rumput laut nasional.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 16 Apr 2014, 19:51 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2014, 19:51 WIB
Seorang nelayan memanen tanaman rumput laut di tempat budidaya rumput laut di kawasan pesisir Desa Teluk Bogam, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalteng. (Antara)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) meminta pemerintah terkait Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memeriksa kembali data hasil produksi rumput laut nasional.

Sebelumnya, KKP mengklaim produksi rumput laut Indonesia tahun 2013 mencapai 8,2 juta ton atau naik sebanyak 9,33% dari yang ditargetkan 7,5 juta ton. Untuk tahun ini, KKP menargetkan 10 juta ton.

Ketua ARLI Safari Aziz mengatakan jumlah itu tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Hal ini karena Indonesia lebih banyak mengekspor rumput laut kering serta belum mampu menyerap produksi dalam jumlah besar.

"Data kami tak sampai 7,5 juta ton rumpat laut basah. Kami tak kenal istilah rumput laut basah, tapi rumput laut kering," kata dia dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Padahal kata dia, pengembangan rumput laut saat ini sedang terganjal dengan sempitnya lahan karena tergeser, seperti sektor pertambangan, energi dan pertambangan.

Safari mencontohkan, seperti halnya rencana pembangunan smalter untuk barang tambang juga pembangkit listrik di Sulawesi Selatan dan Jawa Timur. Pembangunan tersebut berpotensi menggeser zonasi aktivitas budidaya rumput laut.

Untuk itu, kata Safari perlunya ada zonasi untuk mengembangkan budidaya rumput laut.

"Adanya zonasi kawasan produksi rumput laut mempermudah pendataan yang lebih akurat dan keberlangsungan produksi tetap terjaga," ujar dia.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya