Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi pada Juli 2014 atau selama Ramadan berada pada level 0,93 persen. Inflasi ini dinilai berada pada level yang cukup rendah dan terkendali.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengatakan inflasi pada periode Ramadan ini jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama dibanding tahun lalu.
"Inflasi selama Juli ini tercatat 0,93 persen, di mana jauh lebih rendah jika dibandingkan masa Ramadan pada tahun lalu yang mencapai 3,29 persen. Inflasi tahun ini mirip pada 2012 yang ramadannya 0,95 persen," ujarnya di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta Pusat, Selasa (5/8/2014).
Menurut dia, jika melihat dari sejarah panjang Indonesia, biasanya pada Ramadan terjadi tingkat inflasi yang tinggi. Namun pada tahun ini, ada empat faktor yang menyebabkan tingkat ini inflasinya terkendali.
Pertama, pada tahun ini beberapa produk pertanian yang menjadi kebutuhan konsumsi mengalami penundaan panen sehingga musim panennya bertepatan dengan Ramadhan.
"Seperti beras dipanen baru bisa pada Juni sehingga masuk ke pasar pada Juli, gula juga seperti itu, produk holtikultura juga. Misalnya cabai merah, karena ada gangguan akibat abu vulkanik Gunung Kelud, petani melakukan tanam kembali dan panen pada Juli," lanjutnya.
Kedua, terjadi pelemahan pada pertumbuhan sektor retail sehingga pasokan produk pangan yang banyak terserap pada sektor tersebut beralih ke rumah tangga.
"Ada pelemahan pertumbuhan sekitar 7,5 persen-8 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 11 persen-12 persen," jelasnya.
Ketiga, Kementerian Perdagangan telah merubah strategi penanganan jelang lebaran yang lazimnya kita gunakan indikator 3 bulan sebelum Idul Fitri, namun pada tahun ini dilakukan 3 bulan sebelum Ramadhan. "Jadi kita maju 1 bulan," katanya.
Dan keempat, peran dari toko modern seperti supermarket dan swalayan saat ini dinilai semakin besar dalam pemenuhan kebutuhan produk segar.
Pada tahun ini sekitar 30 persen-35 persen kebutuhan masyarakat peroleh toko modern tersebut. Hal ini jauh berbeda jika dibandingkan 3 tahun-4 tahun lalu dimana angka tersebut hanya berada pada kisaran 15 persen.
"Toko modern punya sistem distribusi yang lebih mantap termasuk ppada kontrak harga sehingga harga tidak mudah berubah. Ini turut membantu terjadinya stabilitasi harga jelang lebaran," tandas dia. (Dny/Nrm)
Advertisement