BPS: RI Gemar Konsumsi Produk Pertanian Luar Negeri

Kondisi ini membuat nilai impor Indonesia terus merangkak naik setiap tahun.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 12 Agu 2014, 14:19 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2014, 14:19 WIB
Kantor BPS
cdcindonesia

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan Indonesia gemar mengonsumsi produk pertanian dengan label luar negeri. Kondisi ini membuat nilai impor Indonesia terus merangkak naik setiap tahun.

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, Adi Lumaksono mengungkapkan, kenaikan impor Indonesia bukan saja terjadi karena kekurangan pasokan produk pertanian dalam negeri, tapi juga lantaran selera konsumen.

Dari data BPS, nilai impor produk pertanian Indonesia dari negara lain mencapai US$ 14,9 miliar pada tahun lalu atau melonjak signifikan dari 2003 yang baru senilai US$ 3,34 miliar.

"Kita lebih senang produk pertanian impor dari pada lokal. Misalnya saja buah apel, kita lebih senang beli apel New Zealand, apel Australia ketimbang apel Malang," paparnya usai Sosialisasi Sensus Pertanian 2013 di Jakarta, Selasa (12/8/2014).

Kata Adi, masyarakat Indonesia juga gemar membeli buah-buahan dari Thailand karena bentuknya yang besar atau dijuluki bangkok. Contohnya adalah jambu Bangkok, Durian Bangkok. Bahkan pernah ada ternak perkutut Bangkok dan ayam Bangkok.

"Padahal dari sisi pemenuhan gizi, produk pertanian dalam negeri nggak kalah bagus dengan impor. Produk impor di kemasannya saja sudah mengandung unsur kimiawi, ada pengawetnya. Sedangkan produk kita punya rasa yang enak, kandungan vitamin lengkap dan lainnya," ucap dia.

Kegemaran masyarakat terhadap produk pertanian luar negeri, sambungnya, memberikan angin segar bagi para pelaku usaha untuk mengimpor sebanyak-banyaknya produk pertanian dari berbagai negara.

"Impor memang sudah nggak bisa terelakkan lagi, selain karena stok dalam negeri yang kurang, masyarakat juga memilih mengonsumsi produk impor dari maindset yang tertanam. Maklum pendapatan masyarakat meningkat, daya beli naik. Makanya kita harus siap-siap dengan gempuran produk impor di era MEA," jelas Adi.

Dia menyebut, impor hortikultura menyumbang nilai cukup besar dari total seluruh nilai impor Indonesia. Data BPS menunjukkan, impor hortikultura negara ini mencapai US$ 778,99 juta sepanjang Januari-Juni 2014. Sedangkan khusus di pertengahan tahun ini, nilai impor produk tersebut sebesar US$ 150,23 juta atau naik dari periode sebelumnya senilai US$ 116,39 juta.

Pada komoditas sayuran, impor terbesar berasal dari Tiongkok dengan total US$ 198,81 juta pada semester I ini. Begitupula dengan komoditas buah-buahan, negeri Tirai Bambu ini mencatatkan nilai impor sebesar UD$ 196,55 juta. Sedangkan Thailand memasok buah ke Indonesia dengan nilai US$ 33,79 juta. (Fik/Ndw)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya