Ekuador, Republik Pisang yang Kasnya Kering Kerontang

Kebangkrutan ternyata sempat menghantui sejumlah negara di dunia. Ekuador merupakan salah satu negara yang tak cukup beruntung

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 12 Agu 2014, 23:15 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2014, 23:15 WIB
Ekuador 1
Foto: oilnews.kz

Liputan6.com, New York - Kebangkrutan ternyata sempat menghantui sejumlah negara di dunia. Ekuador merupakan salah satu negara yang tak cukup beruntung dan telah dilanda kebangkrutan hingga enam kali sejak lepas dari Gran Colombia pada 1830.

Perekonomian negara eksportir pisang terbesar dunia ini mudah bangkrut karena tercatat mewarisi banyak utang hasil korupsi sejumlah pemerintahan di masa lalu. Ekonomi Ekuador terus terjerembab dan mengalami krisis akibat dari kebijakan-kebijakan neo-liberal yang didorong pemerintah Amerika Serikat (AS).

Sejak awal 1990-an, Ekuador telah dipimpin sejumlah presiden neo-liberal yang menerapkan penghematan dan resep pasar bebas ala IMF dan Bank Dunia. Hasil dari seluruh kebijakan tersebut sangat buruk, perekonomian Ekuador carut marut hingga tingkat inflasi mencapai 60 persen.

Tak hanya itu, standar kehidupan masyarakat pun berkurang sementara harga-harga barang terus naik dan Ekuador mengalami depresi ekonomi. Pada pertengahan 1999, kas negara Ekuador terkuras habis dan negara tersebut dinyatakan bangkrut.

Hingga tahun ini, Ekuador masih dinyatakan sebagai salah satu negara yang nyaris bangkrut dan harus mengulang kisah kelamnya belasan tahun lalu. Bagaimana kisah kebangkrutan yang dialami Ekuador?

Berikut kisah tergulingnya perekonomian Ekuador seperti dikutip dari USA Today, Bloomberg, Wall Street Journal dan sejumlah sumber lainnya, Selasa (12/8/2014):

 

Krisis melanda

Ekuador tambah utang setiap krisis melanda

Dari luar, Ekuador tampak sebagai negara yang unik dengan pergantian presiden sebanyak enam kali dalam empat tahun saja. Faktanya, Ekuador memang terjerat ajaran-ajaran neo-liberal yang didesak Amerika Serikat (AS).

Setelah mengadopsi sejumlah resep dari IMF dan Bank Dunia, perekonomian Ekuador tak kunjung membaik. Depresi ekonomi yang dialaminya menuntut Ekuador harus melakukan pinjaman besar-besaran.

Selama sepulu tahun sejak awal 1990, setiap krisis mengharuskan Ekuador melakukan pinjaman baru, penghematan besar-besaran dan privatisasi pada sejumlah perusahaan yang sebenarnya dapat memberikan keuntungan luar biasa.

Pada 1990-an, jumlah pengangguran di Ekuador melejit hingga 80 persen. Meningkatnya biaya produksi dan turunnya harga produk akibat impor murah memukul perekonomian masyarakat dan para petani kesulitan menjual hasil taninya.

 

Bangkrut 1999

 

Ekuador bangkrut pada 1999

Pada 1999, dengan kondisi perekonomian yang terus menerus dilanda krisis, para elit Ekuador justru semakin sering berspekulasi. Sejumlah komoditas menjadi langka dan membuat para elit menjarah kas negara.

Beberapa pejabat mendapat kucuran dana yang ditransfer dari pinjaman Bank Dunia hingga berjumlah jutaan dolar. Dana dari pinjaman tersebut mengalur ke sejumlah rekening luar negeri di Miami.

Para calon presiden yang berjanji mengakhiri korupsi dan menyediakan lapangan kerja saat kampanye selalu berhasil mencuri perhatian masyarakat. Kekacauan domestik juga tak terhindarkan kala itu.

Pemogokan umum dan demonstrasi massa menjadi norma di saat rakyat terus merasa kecewa dengan sistem pemilihan yang tunduk pada Washington. Pada pertengahan 1999, kas negara Ekuador akhirnya habis. Negara di kawasan Amerika Selatan itu dinyatakan bangkrut.

Nyaris Bangkrut Lagi

Ekuador jadi negara yang nyaris bangkrut

Pada 2008, untuk kedua kalinya perekonomian Ekuador terjungkal dan terjebak ancaman kebangkrutan dalam sepuluh tahun terakhir. Ekuador saat itu terlilit utang sebesar US$ 10 miliar pada para pemegang obligasi, kreditor multilateral dan pada pemerintahan di sejumlah negara.

Saat gagal bayar utang pada 2008, Presiden Ekuador Rafael Correa menyebutkan utang negaranya sebagai bentuk pelanggaran moral dan tak bisa dilegitimasi. Utang negara di masa lalu disebabkan serangkaian aksi korupsi pemerintah sebelumnya.

Tahun ini, utang Ekuador tercatat mencapai 24,8 persen dari produk domestik bruto (PDB). Utangnya terus bertambah sejak gagal bayar enam tahun silam.

Meski demikian, menurut data IMF, pertumbuhan ekonomi Ekuador tercatat sehat dalam beberapa tahun terakhir. PDB-nya tumbuh 5,1 persen pada 2012 dan sekitar 4,2 persen tahun lalu.

Pada 2014, PDB-nya diprediksi bertahan di level 4,2 persen. (Sis/Ndw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya