Liputan6.com, Jakarta - Terhitung mulai 10 September 2014, PT Pertamina (Persero) telah menaikkan harga Elpiji non subsidi ukuran 12 kg sebesar Rp 1.500 per kg atau Rp 18 ribu per tabung. Langkah ini diambil menyusul tingginya harga gas di pasar internasional dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Menanggapi kenaikkan harga tersebut, para pengusaha kuliner di Jakarta mengaku lebih memilih penggunaan gas pipa milik PT PGN Tbk (PGAS) ketimbang memakai elpiji 12 kg. Pertimbangan tersebut muncul lantaran gas pipa milih PGN dianggap lebih praktis dan menguntungkan.
"Kalau pakai gas PGN kita langsung, tidak pake tabung nih. Jadi pakai gas alam, bukan gas elpiji yang tabung. Kalau tabung kan kita was-was nih, takut kenapa-kenapa, takut bocor regulatornya terus bisa kenapa-kenapa. Lagipula, tabung lebih mahal. Kalau pakai gas PGN lebih murah," ujar Manajer Sate Khas Senayan Purwanto di Jakarta Pusat, Minggu (14/9/2014).
Advertisement
Menurutnya, penggunaan gas pipa dapat mengurangi biaya operasional lantaran lebih hemat biaya dibanding dengan gas elpiji. Ia menyebutkan, dengan menggunakan gas pipa, pihaknya hanya menggelontorkan dana sebesar Rp 4 juta per bulan. Selain itu, ia menilai penggunaan gas pipa lebih efisien dari segi waktu.
"Kalau misalnya tutup kita tinggal tutup pulp-nya saja, kalau buka ya tinggal dibuka saja. Kalau elpiji kan dilepas terus pasang lagi, agak ribet," kata dia.
Purwanto menambahkan seluruh outlet restorannya saat ini sudah menggunakan gas pipa milik PGN. Namun, gas elpiji tetap disediakan olehnya, tetapi hanya untuk cadangan saja.
"Kami siapkan juga gas tabung, kalau jaringan gas pipa sedang ada perbaikan. Kalau gas tabung itu buat cadangan saja. Tapi seumur-umur belum pernah. Gas PGN ini lebih praktis juga, kita tidak gotong-gotong tabung," ucapnya.
Sementara itu, ditempat yang berbeda, salah seorang penghuni Rusunawa Kemayoran, Jakarta Pusat, mengatakan penggunaan gas pipa PGN jaih lebih praktis untuk keperluan rumah tangga. Pasalnya, para penghuni rusun yang tinggal dilantai atas, tidak perlu harus menggotong tabung gas yang terbilang cukup berat.
"Ini tidak perlu mengangkat tabung yang berat ke seluruh lantai, penghuni rusun tinggal membuka selang atau pulp gas PGN untuk kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu repot, karena tidak perlu mengangkat-angkat tabung," ucapnya.
Seperti diketahui, tingkat agen, harga elpiji berada dalam kisaran Rp 124-130 ribu per tabung, namun dapat naik hingga Rp 145 ribu pada tingkat sub-agen dan pengecer.
Untuk menjaga ketersediaan Gas, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) memulai pembangunan infrasruktur pipa distribusi gas bumi, salah satunya diwilayah Semarang. Pipa ini nantinya akan menyalurkan gas ke pelanggan rumah tangga dan industri.
"Untuk tahap awal PGN akan membangun pipa distribusi sepanjang 5.150 meter dengan target pembangunan akan selesai November 2014," ujar Edy Sukamto, Manager Area Distribusi PGN Semarang.
Pipa distribusi yang akan dibangun berupa compressed natural gas (CNG) clusterisasi, yakni fasilitas CNG yang dihubungkan dengan jaringan pipa distribusi sebagai penunjang yang akan menghubungkan ke pelanggan. (Luqman/Ndw)