Liputan6.com, Jakarta - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebutkan ada 4 faktor fundamental yang merusak nilai tukar rupiah. Jika faktor tersebut tak diperbaiki maka rupiah bakal terus terombang-ambing.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Natsir Mansyur menjelaskan, pelemahan rupiah terjadi karena pemerintah tidak pernah membenahi 4 faktor fundamental perekonomian. "Kami sering sampaikan hal tersebut kepada pemerintah tapi tak pernah ada perubahan sampai kami apatis," jelasnya dalam Diskusi Bincang senator 2015 "Gejolak dan Masa Depan Rupiah" di Brewerkz Restaurant & Bar, Jakarta, Minggu (29/3/2015).
Faktor pertama adalah impor bahan baku untuk industri manufaktur yang mencapai 75 persen. Selama ini pemerintah tidak pernah membenahi industri hulu sehingga industri manufaktur selalu mengimpor bahan baku. Program -program hilirisasi yang didengungkan oleh pemerintah tidak pernah berjalan sesuai dengan rencana.
"Hilirisasi mineral tidak jalan, pengembangan industri petrokimia juga tidak jalan," jelasnya. Seharusnya, industri bahan baku dikembangkan sehingga impor bbahan baku tidak lagi tinggi.
Faktor kedua adalah impor minyak dan gas (migas) yang cukup tinggi. Selama ini, untuk mencukupi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional, pemerintah terus melakukan impor. Rasio impor dibanding dengan produksi dalam negeri mencapai 70 persen berbanding 30 persen. Berbalik dengan 20 tahun lalu yang impor hanya 30 persen dan produksi dalam negeri mencapai 70 persen.
Faktor ketiga adalah pengembangan industri pangan yang tidak maksimal. untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional, porsi impor mencapai 65 persen dibanding dengan produksi dalam negeri.
Menurut Natsir, lahan pertanian di Indonesia yang sangat luas seharus bisa menjadi dasar untuk pengembangan industri pangan. Namun selama ini ternyata empat bahan utama yaitu beras, kedelai, gula dan jagung sebagian besar impor. "Belum lagi merica, bawang putih, bawang merah, bahkan sekarang industri waralaba makanan dari luar sudah masuk ke Indonesia," tambahnya.
Faktor keempat adalah sebagian besar industri jasa masih bertumpu kepada dolar untuk bertransaksi. "Contohnya pesawat terbang itu semua biayanya menggunakan dolar AS dan kita membeli tiket mengggunakan rupiah. Itu juga membuat depresiasi tinggi," tuturnya.
Faktor fundamental tersebut membuat neraca perdagangan Indonesia selalu defisit dan akibatnya nilai tukar rupiah terus-menerus tertekan. Oleh sebab itu, jika pemerintah bisa memperbaiki keempat faktor tersebut maka nilai tukar rupiah bisa membaik. (Fik/Gdn)
4 Faktor Fundamental yang Bikin Rupiah Terus Jeblok
"Hilirisasi mineral tidak jalan, pengembangan industri petrokimia juga tidak jalan," jelas Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Natsir Mansyur.
diperbarui 29 Mar 2015, 16:55 WIBDiterbitkan 29 Mar 2015, 16:55 WIB
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Gempa Hari Ini Minggu 6 Oktober 2024 Guncang Bogor hingga Jayapura Papua
Puas Debat hingga Didoakan Jadi Presiden, Pramono-Rano Yakin Elektabilitas Naik
Hasil LaLiga Alaves vs Barcelona: Robert Lewandowski Hattrick, Azulgrana Jauhi Real Madrid
Di Kutai Timur, Diskominfo Kaltim Latih Warga Desa Gunakan Kanal Aduan SP4N-LAPOR!
Banjir Mulai Mengancam Rohil, Drainase dan Pintu Air Bermasalah
Jelang Setahun Agresi Kejam Israel di Palestina, Ribuan Orang Turun ke Jalan di Seantero Eropa
Debat Pilkada Jakarta, Dharma Pongrekun Malah Doakan Pramono Anung Jadi Presiden RI
OPINI: Ketika FOMO Boneka Labubu Mengerek Harga dan Status Sosial
Atasi Polusi Udara, Suswono: Kami Punya Target Tanam 3 Juta Pohon di Jakarta
Sesi Tanya Jawab Warnai Debat Perdana Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2024
Meghan Markle Menyala dengan Daur Ulang Gaun Lama Tanpa Pangeran Harry yang Tur ke Afrika
Hasil Liga Inggris Aston Villa vs Manchester United: Main Tanpa Gol, Pacelik Menang Setan Merah Berlanjut