Tolak Jadi Komut BTN, Sukardi Kehilangan Gaji Rp 67,5 Juta/Bulan

Sukardi Rinakit menolak menjadi Komisaris Utama BTN karean merasa tidak kompeten dan tak ingin menjadi beban bagi BTN.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 06 Apr 2015, 13:53 WIB
Diterbitkan 06 Apr 2015, 13:53 WIB
Bank BTN
Bank BTN (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sukardi Rinakit menolak menjadi Komisaris Utama (Komut) PT Bank Tabungan Negara (BTN), meski telah ditetapkan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada beberapa waktu lalu.

Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) itu menolak posisi Komut karena merasa tidak kompeten dan tak ingin menjadi beban bagi BTN. 

Tahukan Anda berapa gaji Komisaris Utama di Bank yang memiliki konsentrasi bisnis di bidang pembiayaan perumahan itu?

Sekretaris Kementerian BUMN, Imam A Putro menjelaskan untuk saat ini gaji Komisaris Utama perusahaan BUMN sebesar 45 persen dari gaji Direktur Utama. Gaji Dirut BTN sendiri saat ini sekitar Rp 150 juta setiap bulannya. Dengan begitu, gaji Sukardi Rinakit jika tak menolak menjadi Komut BTN sekitar Rp 67,5 juta setiap bulannya.

"‎More less segitulah (Rp 150 juta) gaji Dirut BTN, jadi gaji Komut gede juga kan?" kata Imam saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Senin (6/4/2015).

Gaji yang diterima Komisaris Utama BTN tersebut lebih tinggi dari pejabat eselon I di Kementerian BUMN. "Saya saja sebagai Eselon I di Kementerian BUMN cuma Rp 19 juta‎," ungkapnya.

Sukardi sebelumnya menyatakan dirinya menolak posisi Komut karena tidak memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang perbankan. Dia khawatir kehadiran dirinya di BTN malah akan menjadi beban bagi bank pelat merah itu.

"Karena sepengetahuan saya performa BTN sangat baik. Kalau saya masuk, padahal  hati saya tidak di situ dan saya bukan bankir (kepala saya kosong tanpa konsep soal perbankan) maka saya tidak akan produktif dan akhirnya hanya menjadi beban BTN," kata Sukardi.

Dari sudut pemerintah, Sukardi merasa dirinya ditunjuk karena dianggap tepat di BTN untuk memastikan rakyat miskin mendapatkan akses perumahan dengan lebih mudah. Dengan begitu,  program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa sukses.

"Jadi positif sekali dan bukan bagi-bagi kue kekuasaan ke saya," ungkap dia.

Usai menolak posisi Komut BTN, Sukardi mengaku sudah mendapat  posisi baru di pemerintahan. Dia telah bertemu Menteri Sekretaris Negara (Mensegneg) Pratikno, dan akan mendapat tugas khusus menjadi Staf Khusus (Stafsus) Mensesneg.

Pria kelahiran Madiun, 5 juni 1963 itu merasa posisi tersebut sangat cocok dengan kemampuannya sehingga dia menerima tawaran itu.

"Salah satu tugas saya, bersama staf khusus lain, adalah ikut mempersiapkan pidato Presiden. Ini dunia saya," terangnya.

Sekadar informasi, hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank BTN yang digelar pada 24 Maret 2015 telah menunjuk Sukardi Rinakit sebagai Komut. Sementara Kamaruddin Sjam, Amanah Abdulkadir, Agung Kuswandono, Lucky Fathul Aziz, Catherinawati Hadiman dan Arie Coerniadi sebagai Komisaris.

Siapa Sukardi Rinakit?

Selanjutnya

Sukardi lahir di Madiun, 5 juni 1963. Dia mengecap pendidikan S1 di FISIP Universitas Indonesia. Untuk S2, Sukardi merupakan lulusan dari South East Asia Studies-National University of Singapore. Sedangkan pendidikan terakhirnya yaitu S3 Political Science, National University of Singapore.

Selain sebagai pengamat politik, Sukardi juga sebagai peneliti, pembicara dan penulis beberapa buku dan beberapa media nasional maupun internasional. Salah satu hasil karyanya, yaitu buku berjudul The Indonesian Military After The New Order (Copenhagen, Singapore, 2004).

Tidak hanya itu, pria yang memiliki panggilan akrab Cak Kardi ini pernah menjadi staf peneliti di Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Dia juga pernah menjadi salah satu ghost writer Menteri Dalam Negeri dan Analis Politik Menteri Pertahanan.

Karirnya mulai mencuat ketika Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014. Dia dikenal sebagai orang terdekat Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri.

Terkait putusan Sukardi, Imam menghargainya karena hal itu adalah hak Pria kelahiran Madiun, 5 juni 1963. Sukardi saat ini lebih memilih kerjanya yang sekarang sebagai Staf Khusus Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg).

"Mungkin dia lebih memilih itu daripada Komut," paparnya. (Yas/Ndw)

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya