Modal Ini Jadi Cara Tri Risma Ubah Surabaya Lebih Tertata

Dana terbatas tidak membuat Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyerah untuk memperbaiki pembangunan kota Surabaya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Apr 2015, 18:40 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2015, 18:40 WIB
foto-jokowi-4-131224-a.jpg
Tri Rismaharini (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Walikota Surabaya, Jawa Timur Tri Rismaharini menceritakan soal modal mengubah Ibu Kota Jawa Timur menjadi tertata dan canggih.
Risma mengatakan, Surabaya merupakan kota yang tidak memiliki sumber daya alam maupun keunggulan yang bisa diandalkan sebagai sumber keuangan daerah.

"Surabaya tidak punya apa-apa, penduduk Surabaya 3,2 juta yang tercatat. Wilayah Surabaya separuh Jakarta tapi dana lebih sedikit sepersepuluh dari  Jakarta," kata Risma, dalam acara The 2nd 1-Hour University, di Gedung Badan Diklat Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (29/4/2015).

Hal tersebut menjadi tantangan untuk membangun kota pahlawan tersebut. Risma menyatakan terus memutar otak mencari sumber dana untuk memperbaiki Surabaya.

"Ini tantangan kita (Surabaya) dulu kotor, orangnya galak, panas banyak nyamuk, itu yang diubah. Setiap bulan cari ide baru mendatangkan uang, kalau Bali tidur saja uang datang, kalau saya tidak bekerja tidak makan," kata Risma.

Ia menyatakan, modal satu-satunya menyulap kota berlambang buaya dan hiu tersebut adalah penghematan anggaran. Anggaran Surabaya digunakan seperlunya, dengan menggunakan sistem informatika dalam pengelolaan anggaran sehingga meminimalkan penggelembungan anggaran yang biasanya terjadi pada proyek-proyek pemerintah.

"E-budgeting tidak mungkin karena satuan harga terkontrak masuk kalau tidak masuk e-budgeting tidak masuk buku APBD. Ada saluran harganya kalau tidak masuk, minimal ada 3 hasil survei di situ akan ketahuan, saya bisa ukur, dan gampang saja kontrolnya," ujar Risma.

Keberhasilan Risma menghemat anggaran saat ini sudah terbukti, Walikota yang diangkat sejak 2010 tersebut telah membangun fasilitas umum dengan baik, program kesehatan dan pendidikan maju dan gratis, serta teknologi informatika yang canggih.

"Setiap tahun bangun empat lapangan bola, lima sampai enam lapangan futsal, anak-anak minta apa saya kasih mulai dari climbing, skate park pokoknya tidak kena narkoba. Seluruh taman, sekolah, puskemas kantor free wifi," kata Risma.

Di bawah kepemimipinan Risma, Surabaya pun selalu menyabet prestasi, bahkan tingkat Asia Pasifik. Prestasi itu antara lain kota Surabaya meraih empat kali piala Adipura berturut-turut pada 2011-2014 untuk kategori kota metropolitan.

Selain itu, Risma juga membawa Surabaya menjadi kota terbaik partisipasinya se-Asia Pasifik pada 2012 versi Citynet atas keberhasilan pemerintah kota dan partisipasi rakyat dalam mengelola lingkungan.

Kota Surabaya juga memperoleh penghargaan tingkat Asia-Pasifik yakni Future Government Awards 2013 di dua bidang sekaligus yaitu data center dan inklusi digital menyisihkan 800 kota di seluruh Asia-Pasifik.

Tri Rismaharini yang pernah memugar Taman Bungkul juga meraih penghargaan The 2013 Asian Townscape Award dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai taman terbaik se-Asia pada 2013. (Pew/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya