Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia melambat di kuartal I 2015 tidak mempengaruhi industri e-Commerce lantaran industri tersebut baru berkembang. Apalagi juga didukung sumber daya manusia (SDM) dan konsumen muda.
"Tidak pengaruh, karena masih 0,2 persen sampai 0,7 persen dari ritel, jadi baru mulai. Ibaratnya baru mulai potensi tumbuhnya besar. Rata-rata per bulan saya pikir pemain e-Commerce 5-20 persen. Ini industri yang menyerap pekerjaan. Ketika industri banyak memberhentikan pekerja, industri ini banyak menyerap pekerjaan," ujar Ketua Dewan Pengawas Asosiasi e-Commerce, William Tanuwijaya, di Jakarta, Rabu (7/1/2015).
Baca Juga
Dia mengatakan, industri ini juga disebut sebagai penyelamat ekonomi lantaran industri ini juga menekan biaya-biaya produksi. "Hanya berpindah saja, orang yang berjualan di dunia offline, sewa ruko mahal, pekerjaan pegawai mahal padahal baru mulai. Online ini menurunkan barrier of entry. Mereka memulai tak perlu sewa ruko, tidak punya pegawai awal, mereka mulai kecil, ketika revenue sudah tumbuh baru membuka lapangan pekerjaan, jadi lebih sehat," ujar William.
Advertisement
Bahkan dari beberapa kasus, dia menuturkan industri e-Commerce juga menyelamatkan seseorang dari lilitan utang. "Contoh di salah satu seller story Tokopedia, suami istri, beberapa tahun terjebak utang ratusan juta. Mereka ingin mulai bisnis karena terjebak utang tak tahu bagaimana memulainya. Membangun kepercayaan satu customer ke customer lain dalam waktu setahun bisa membayar utang," tandas dia.
Sebelumnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 4,7 persen pada kuartal I 2015. Kondisi itu membuat Bank Indonesia (BI) mengoreksi target pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5,1 persen pada 2015. (Amd/Ahm)