Pertamina Diminta Terbuka Soal Asal Muasal Pertalite

Pertamina merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang mempunyai tugas melayani kebutuhan BBM masyarakat dengan murah dan aman.

oleh Septian Deny diperbarui 24 Jul 2015, 10:31 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2015, 10:31 WIB
20150723-Persiapan Peluncuran Pertalite-Jakarta-Ahmad Bambang
Direktur Pemasaran Pertamina, Ahmad Bambang (Kanan) saat mengecek persiapan BBM baru Pertalite di SPBU, Kawasan Abdul Muis, Jakarta, Kamis (23/7/2015). Pertamina akan mulai memasarkan Pertalite pada Jumat (24/7/2015). (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) secara resmi meluncurkan produk baru BBM, Pertalite pada Jumat (24/7/2015) ini. Namun hingga saat ini perusahaan plat merah tersebut masih enggan memaparkan secara pasti proses produksi dari BBM beroktan 90 tersebut.

Menanggapi hal ini, Pengamat Energi Yusri Usman mengatakan jika Pertamina merupakan badan usaha milik negara (BUMN) yang mempunyai tugas melayani kebutuhan BBM masyarakat dengan murah dan aman. Oleh sebab itu, Pertamina harusnya bisa menyampaikan asal muasal Pertalite tersebut.

"Jadi adalah keliru besar kalau Pertamina bersikap seperti badan intelijen menjadi penuh teka teki dalam menjual variasi produk baru BBM yaitu Pertalite," ujar dia di Jakarta, Jumat (24/7/2015).

Menurut dia, Pertamina juga harus transparan dalam menjelaskan kepada masyarakat apakah produk Pertalite adalah impor (bukan hasil hasil murni olahan minyak mentah di kilang Pertamina) ataupun hasil blending, HOMC 92 dengan Light Nahptha dengan komposi HOMC 90 persen dengan light Naphta 10 persen.

"Atau blending antara Premium 88 sebesar 50 persen dengan Pertamax 92 sebesar 50 persen di kilang Pertamina dan di kilang luar negeri dari importirnya," lanjut dia.

Dia menilai, jika diproduksi di dalam negeri, saat ini hanya kilang Balongan yang mampu memproduksi Pertalite dengan RON 90 yang 'on spec' seperti yang dipersyaratkan aman secara lingkungan yaitu dengan kandungan aromatic di bawah 40 persen dan Benzene di bawah 6 persen dalam kandungan Pertalite.

"Karena berdasarkan pengecekan saya, infonya kilang Balongan tidak ada memproduksi Pertalite saat ini. Dan kalau produk ini sudah dipasarkan, maka wajib lembaga konsumen Indonesia sampling secara acak Pertalite di SPBU untuk analisa laboratorium guna mengetahui spesifikasinya apakah sesuai apa yang dijanjikan oleh Pertamina kepada konsumennya," jelas dia.

Apabila produk Pertalite, lanjut Yusman, dari sisi kualitas dan harga bisa diterima pasar dan menguntungkan Pertamina dalam bersaing dengan produk-produk kompetitornya seperti Shell, Total dan Petronas, maka kedepannya Pertamina harus segera menyiapkan infrastruktur di depo untuk tangki penampung khusus Pertalite, bukan menggunakan tangki Premium RON 88.

"Jadi kata kuncinya Direksi Pertamina saat ini harus lebih peduli dan sensitif terhadap rakyat yang mengharapkan harga BBM yang murah tetapi lebih berkualitas sesuai pencitraannya selama ini bahwa pengadaan melalui ISC Pertamina telah menghemat ratusan juta dolar Amerika Serikat. Kalau hal ini tidak signifikan perubahannya, maka tidaklah salah kalau rakyat akan menduga bahwa mafia migasnya ada di Direksi Pertamina sendiri yang membuat kebijakannya," tandas dia.(Dny/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya