Liputan6.com, Jakarta - Langkah pemerintah China melemahkan nilai mata uangnya, Yuan dinilai banyak kalangan memberi dampak pada Indonesia terutama soal ekspor.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan devaluasi Yuan akan memberikan dampak mengingat Indonesia punya hubungan dagang erat dengan China.
"Sebetulnya, satu memang ada dampak devaluasi bagi kita, tetapi berbeda (dampaknya dengan negara lain)," ujar Darmin di Kantor BKPM, Jakarta, Jumat (14/8/2015).
Advertisement
Meski demikian, dia meyakini dampak devaluasi ini kepada Indonesia tidak akan terlalu berat meski kedua negara memiliki hubungan dagang. Hal ini lantaran produk yang dihasilkan China berbeda dengan yang dibuat di Indonesia.
"Dampaknya tentu ada, tidak bisa tidak ada. Tapi kita tidak bersaing langsung dengan China sebenarnya. Walaupun sejumlah komoditi bersaing juga, tetapi banyak juga kita, ekspor ke sana karena kita hasilkan. Atau impor ke sini tidak dihasilkan. Kalau situasinya begitu, dampaknya tidak terlalu berat. Paling-paling harganya berubah," jelas dia.
Dampak devaluasi Yuan ini juga paling besar terasa bagi negara industri lain di kawasan Asia yang juga menghasilkan produk yang sejenis dengan yang dihasilkan oleh China, seperti Korea Selatan. Hal ini menimbulkan perang mata uang antar kedua negara tersebut.
"Tapi kalau produknya hampir sama yang dihasilkan dan kita hasilkan, jadi misalnya antara China dengan Korea. Itu dampaknya lebih besar. Kalau orang bilang currency war. Itu antara yang begitu, bukan sama kita," ujar Darmin. (Dny/Ahm)