RI Siap Jadi Pusat Perawatan Pesawat Terbesar Kedua di Dunia

pemerintah akan bernegosiasi dengan Airbus dan Boeing serta memanggil seluruh pemilik maskapai penerbangan.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jan 2016, 21:12 WIB
Diterbitkan 14 Jan 2016, 21:12 WIB
20150928-Begini Bentuk Hanggar Terbesar di Dunia yang Senilai Ratusan Miliar-Tangerang
Suasana di dalam bengkel pesawat atau hanggar terbesar di dunia milik PT Garuda Maintenance Facility di area Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (28/9). Pembangunan hanggar ini menelan biaya puluhan juta dolar AS.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli kembali membuat gebrakan dengan ambisinya menjadikan Indonesia sebagai pusat perawatan pesawat berbodi besar (maintenance centre) terbesar kedua. Untuk mewujudkannya, Rizal bakal bernegosiasi dengan dua produsen pesawat raksasa.

"Kita mau bikin the second maintenance centre. Bukan di Cengkareng, karena tanahnya sudah mahal, tapi di Batam atau Bintan," katanya saat ditemui di Jakarta, Kamis (14/1/2016).

Dengan keberadaan pusat perawatan pesawat dengan kapasitas besar, diakui Rizal, Indonesia akan kebanjiran pekerjaan perbaikan dan pemeliharaan pesawat yang biasa digarap Singapura.

"Pesawat yang tadinya maintenance di Singapura bisa pindah ke Batam dan Bintan. Dan dalam waktu 5 tahun ke depan, pekerjaan maintenance kita bisa naik jadi 60 persen," tegasnya.

Dalam rangka merealisasikan gebrakan tersebut, sambungnya, pemerintah akan bernegosiasi dengan Airbus dan Boeing serta memanggil seluruh pemilik maskapai penerbangan dalam waktu dekat.

"Kami akan negosiasi sama Airbus dan Boeing soal ini. Salah satu dari mereka akan datang dua pekan lagi. Kami juga akan memanggil semua pemilik bisnis airlines," terang Rizal.

Negosiasi dengan perusahaan pembuat pesawat terbesar ini, tambahnya, juga menyangkut pendirian pusat desain pesawat (desain centre) sehingga putra-putri Indonesia dapat belajar dan berpengalaman dalam mendesain pesawat berbodi besar, bukan hanya pesawat biasa.

Lebih jauh dijelaskan Rizal, terobosan ini berawal dari sedikitnya pekerjaan perawatan, perbaikan pesawat yang bisa dilayani Garuda Maintenance Center.

"Saat ini Garuda Maintenance Facilities hanya melayani 30 persen dari maintenance job di Indonesia, sisanya di Singapura semua," ucapnya.

Padahal, kata Rizal, Indonesia telah membeli pesawat berbadan besar lebih dari 500 unit dari Boeing, Airbus dan perusahaan lainnya. Tapi sayang, Indonesia tidak mendapatkan keuntungan dari limpahan order tersebut.

Sementara India dan China, lanjutnya, meng-order pesawat jenis yang sama masing-masing 150 unit dan lebih dari 100 unit dari Boeing dengan manfaat yang besar. Kedua negara ini mengantongi 30 persen omzet maintenance job karena ada kontribusi pembangunan maintenance centre dan desain centre.

"Indonesia beli pesawat wide body lebih dari 500 unit, tapi Indonesia tidak dapat apa-apa. Saya bingung Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ngapain saja waktu jadi Presiden. Kita juga mau dapat 30 persen omzet dari maintenance job, jadi kita minta mereka (Boeing dan Airbus) bangun maintenance centre di Indonesia," tandas Rizal. (Fik/Gdn)


**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya