Ekonomi Lesu, Laba BNI Turun Jadi Rp 9,1 Triliun

Untuk mengurangi risiko, BNI menyisihkan sebagian laba sebagai pencadangan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 25 Jan 2016, 14:30 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2016, 14:30 WIB
20150811-DPLK BNI Mengalami Kenaikan-Jakarta
Aktifitas karyawan di kantor BNI di Jakarta, Selasa (11/8/2015). Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk. mencatat hingga semester I/2015 dana kelolaan perusahaan naik 8% . (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, sepanjang 2015 kemarin mampu membukukan laba Rp 9,1 triliun. Pencapaian tersebut turun 15,9 persen jika dibandingkan laba di 2014 yang tercatat Rp 10,8 triliun.

Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni ‎menjelaskan, salah satu penyebab penurunan laba tersebut karena perseroan menyisihkan sebagai laba sebagai pencadangan. Tercatat, laba sebelum ‎adanya pencadangan mencapai Rp 18,7 triliun.

"Jumlah pencadangan tersebut juga tumbuh 10,4 persen dibandingkan periode yang sama di 2014, dengan demikian kami ada pencadangan Rp 7,3 triliun," paparnya, Senin (25/1/2016).

Ia melanjutkan, laba perseroan juga mengalami penurunan karena kondisi ekonomi yang cukup lesu. Namun begitu, penurunan laba di akhir tahun 2015 sedikit mengalami perbaikan, jika dibandingkan pada semester I-2015 perseroan mengalami penurunan secara signifikan.

"Penurunan laba ini sebagaimana NPL kita mengalami kenaikan, pada 2014 hanya 2 persen lalu semester III-2015 sebesar 3 persen dan sekarang turun 2,7 persen," jelas Baiquni.

Baiquni menambahkan, sejalan kenaikan NPL dan ekspansi, BNI juga telah menaikkan cadangan untuk mengurangi kerugia. Pada 2015, pencadangan yang disiapkan mencapai 70 persen dari rasio kredit bermasalah. 

Laba perseroan didorong oleh pendapatan bunga bersih (net interest income) yang tumbuh 12,3 persen menjadi Rp 25,6 triliun. Sementara fee based income tumbuh Rp 6,9 triliun menjadi Rp 7,3 triliun.

Pendapatan dari fee based berasal dari berbagai segmen bisnis seperti pembayaran transaksi ATM yang tumbuh 45,5 persen, trade finance 44,4 persen dan bancassurance tumbuh 37,7 persen.‎ (Yas/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya