Liputan6.com, Jakarta - Tiga menteri yaitu Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husen Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya dan Menteri Perdagangan Thomas Lembong berencana untuk bertemu dengan asosiasi industri kertas dan kelapa sawit guna membahas langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dan sektor riil untuk meningkatkan industri kertas dan kelapa sawit.
Pertemuan tersebut akan dilakukan menyusul banyaknya masukan yang disampaikan dalam pertemuan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) dan Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), serta Asosiasi Pengusaha Hutan Industri (APHI) dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Karena ini merupakan industri yang menjadi andalan kita dan merupakan industri strategis yang seluruhnya kita lokal,” kata Menteri Perindustrian Saleh Husin Seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Rabu (3/2/2016).
Saleh mengatakan, industri pulp dan kertas merupakan andalan ekonomi, dimana produknya dari hutan dan produk hasil dari hulu ke hilir ada di Indonesia.
Baca Juga
“Kalau kita bandingkan misalnya tekstil, tekstil kalau kita kira-kira devisa kan sekitar US$ 13,5 miliar tetapi kan bahan baku kita impor kira-kira sekitar US$ 8 miliar. Nah ini, kalau misalnya di pulp tidak ada impor. Ini yang disampaikan, dari hulu sampai hilir semuanya lokal,” jelasnya.
Mengenai industri kelapa sawit, Saleh menyampaikan bahwa industri ini harus terus didorong agar industri sawit, yang menjadi industri strategis kita ini betul-betul bisa berkembang.
Untuk itu, pemerintah memandang perlu duduk bersama untuk bagaimana meningkatkan produksi terutama pada perkebunan mandiri masyarakat. Ia mengingatkan, saat ini 43 persen total area perkebunan adalah masyarakat dan plasma.
“Mengenai sawit, sawit juga sama tadi kan kita tahu bahwa kalau sawit kita kan devisa yang dihasilkan dari industri sawit dan turunannya itu kira-kira tahun 2014 itu sekitar US$ 21,7 miliar. Lalu di 2015 ini agak turun menjadi US$ 18,6 miliar,” jelas Saleh Husin.
Saleh mengatakan, meskipun perkebunan mandiri hasilnya sangat rendah, kira-kira sekitar 2,5 ton dibandingkan dengan yang plasma, yang binaan dari pada perusahaan itu jauh lebih besar. Dengan kualitas yang tidak sebaik perkebunan plasma, lanjut Menperin, tentu harus kita pertahankan untuk penyerapan biodiesel.
Dengan penyerapan yang biodiesel masih rendah, Menperin mengatakan ini yang terus kita dorong dan sudah menjadi mandatori yang harus dilaksanakan sehingga dengan penyerapan yang tinggi, akan mengangkat harga CPO tersebut.
“Nah ini yang tentu perlu apalagi kan sekarang ini akan ada BLU (Badan Layanan Umum) sawit. Nah tentu ini bisa digunakan untuk replanting dalam rangka untuk peremajaan daripada apa tanaman-tanaman sawit yang memang sudah usia yang harus diganti,” jelas dia. (Gdn/Nrm)