Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mempercepat pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Mataloko untuk meningkatkan rasio elektrifikasi wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT).
General Manajer Wilayah NTT, Richard Safkaur mengatakan, dalam pemanfaatan energi baru terbarukan di Mataloko, PLN akan mengembangkan PLTP Mataloko. Pengembangan PLTP Mataloko juga masuk ke dalam Program 35 ribu megawatt (MW) yang menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK dalam bidang infrastruktur kelistrikan.
"Dengan SK menteri ESDM No 4824 k/30/MEM/2015 artinya PLN berkewajiban untuk mengembangkan PLTP Mataloko," kata Richard, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis (25/2/2016).
Â
Baca Juga
Baca Juga
‎Dia mengungkapkan, PLTP Mataloko telah masuk ke sistem Bajawa memasok listrik sebesar 1x2,5 MW sejak 2010, dengan pemakaian sendiri yang digunakan untuk pengoperasian internal PLTP sebesar 300 kW ‎
Rencananya PLN akan mengembangkan PLTP Mataloko dengan penambahan kapasitas 2x10 MW dan menargetkan pengerjaan rampung serta masuk sistem kelistrikan Bajawa pada 2019.
Â
"PLN akan bergerak cepat untuk proses pengembangan PLTP Mataloko, hal ini untuk meningkatkan rasio elektrifikasi Bajawa dan sekitarnya, dengan tetap memperhatikan setiap detail pengerjaannya," ujar Richard.
‎Potensi panas bumi yang ada di daerah sekitar sumur panas bumi telah digali di Mataloko. Menurut studi geosaint yang telah dilakukan Kementerian ESDM, di sekitar sumur eksisting PLTP Mataloko terdapat 60 MW cadangan terduga. Hal inilah yang nantinya akan di-review oleh PLN terkait cadangan terduga tersebut.
Â
Saat ini beban puncak di Ngada sebesar 5,5 MW pada malam hari yang disuplai dari PLTD Faobata dan PLTP Mataloko. Selain itu PLN juga tengah membangun Gardu Induk (GI) transmisi 70 kV dari Labuan Bajo sampai Maumere. Khusus untuk di daerah Ngada, terdapat 50 tower yang sedang dikerjakan.
Â
Jika seluruh pengerjaan transmisi dan GI ini selesai maka Pulau Flores akan memiliki sistem interkoneksi 70 kV. (Pew/Ndw)
Advertisement