Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun lebih dari 1 persen pada hari Jumat (Sabtu pagi WIB) karena dolar Amerika Serikat (AS) menguat. Namun aksi beli diharapkan terjadi di tengah perlambatan ekonomi dunia.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (27/2/2016), para pemimpin keuangan dari negara-negara G20 berkumpul di Shanghai untuk mencari solusi agar terlepas dari kondisi ekonomi yang memburuk.
Harga emas di pasar spot turun 1 persen menjadi US$ 1.221,61 per ounce usai jatuh sebanyak 1,9 persen. Meski begitu, sepanjang bulan ihttp://www.liputan6.com/dashboard/articles/2446394/editni harga emas mencetak keuntungan lebih dari 9 persen, terbesar sejak Januari 2012.
Advertisement
Harga emas di pasar berjangka untuk pengiriman April turun 1,5 persen menjadi US$ 1.220,4 perounce.
Baca Juga
"Kenaikan harga tahun ini telah didukung oleh pembelian fisik yang sangat kuat di tengah kekhawatiran ekonomi global serta meningkatkan kemungkinan bahwa akan ada resesi di Amerika Serikat (AS)," kata analis Warren Kreyszig, Julius Baer.
Kekhawatiran melambatnya ekonomi global akhirnya bisa mendorong Amerika Serikat ke dalam resesi karena data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat atau lebih rendah dari yang diharapkan pada kuartal IV.
Kondisi ini dikhawatirkan akan memicu Bank Sentral AS atau The Fed menaikkan suku bunga acuan lebih cepat. Kenaikan suku bunga akan membuat investor meninggalkan emas dan beralih ke instrumen investasi yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Meskipun melemah, emas telah menemukan kembali perannya sebagai tempat berlindung bagi investor yang menghindari risiko.
Harga platinum di pasar spot turun US$ 1,9 persen menjadi US$ 908,50 per ounce, terendah dalam hampir tiga minggu. Sementara harga perak turun 3 persen menjadi US$ 14,68 per ounce. Harga palladium turun 1,1 persen menjadi US$ 477,75 per ounce, terendah sejak 13 Januari 2016. (Ndw/Gdn)