Liputan6.com, Jakarta Indonesia berencana bakal mengimpor gas di 2019. Padahal, banyak lapangan gas di Indonesia yang belum diproduksi. Apa alasannya?
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja mengatakan, impor gas dilakukan Indonesia bukan karena kehabisan sumber gas, tetapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus mengalami peningkatan seiring dengan dibangunnya infrastruktur gas.
"Bukan karena gasnya habis, karena kebutuhan naik, infrastruktur mulai terbangun, kita butuh gas tambahan," kata Wirat, saat menghadiri Pameran dan Konvensi Asosiasi Perusahaan Migas Indonesia (Indonesian Petroleum Association/IPA) 2016 di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (25/5/2016).
Advertisement
Menurut Wirat untuk menunjang impor gas perlu dibangun infrastruktur, di antaranya adalah fasilitas pengolahan gas terapung (Floating Storage Regasification Unit/FSRU). Saat ini sedang dilakukan pembangunan FSRU di Cilegon dan Bali, untuk menambah dua unit FSRU Lampung dan Jabar.
"Iya kan FSRU kan beberapa tempat akan segera dibangun. Juga ada terminal LNG juga," tutur Wirat.
Wirat melanjutkan, impor gas baru boleh dilakukan pada 2019 bertujuan untuk melindungi industri dalam negeri. Hal tersebut tertuang dalam neraca gas. Saat ini pemerintah masih menahan impor gas, karena saat ini gas produksi dalam negeri belum optimal terserap oleh konsumen dalam negeri.
"Sebenarnya kita tidak melarang impor LNG, yang kita lakukan kebijakannya adalah selama LNG dalam negeri belum terserap maka kita belum akan mengimpor," tutur Wirat.
Wirat mengungkapkan, jika impor gas dibuka saat ini, maka konsumen dalam negeri akan lebih memilih gas dari luar negeri, karena harga gas impor jauh lebih murah, ketimbang dalam negeri. Sedangkan gas produksi dalam negeri yang tidak laku akan dibakar sia-sia. Hal tersebut akan membuat industri gas Indonesia mati.
"Kenapa? memang harga LNG di luar murah. apa kita mau kita datangkan LNG dari luar, lalu gas dari dalam kita flare kita bakar dan kita biarkan industri dalam negeri kita mati. Nggak lah ya," terang Wirat.