Liputan6.com, Surabaya - Rencana impor gula mentah (raw sugar) sebesar 381 ribu ton bagi PTPN yang ditujukan sebagai upaya menyubsidi pendapatan petani tebu dinilai merupakan hal yang wajar.
Pernyataan ini diungkapkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPP APTRI) Abdul Wachid.
"Tujuan utamanya jelas, untuk meningkatkan pendapatan petani dengan pola subsidi, sebagai konsekuensi dari program pemberian jaminan pendapatan petani setara dengan rendemen 8,5 persen. Dan ini terobosan baru dari menteri BUMN yang patut didukung,” kata dia di Surabaya, Kamis(26/5/2016).
Menurut Abdul Wachid, upaya menteri BUMN yang menjamin pendapatan petani tebu setara dengan 8,5 persen adalah kebijakan yang mempunyai tujuan mulia. Sebab selama ini lebih dari 70 persen rendemen tebu petani di bawah 8,5 persen.
"Sehingga kalau Bu Menteri BUMN ingin memberikan jaminan pendapatan setara 8,5 persen dengan ditopang dari pendapatan PG (Pabrik Gula) dengan mengolah raw sugar, maka hal itu patut dihargai," tegas dia.
Anggota Komisi VI sekaligus Wakil Ketua Panja Gula DPR RI ini menambahkan, impor raw sugar diperlukan pabrik gula milik BUMN terutama saat musim giling sekarang ini.
"Gula mentah ini sekaligus pula akan menyelamatkan PG dari kemungkinan mengalami idle capacity akibat kurangnya pasokan tebu sebagai dampak dari menurunnya produksi tebu akibat anomali cuaca pada musim tanam 2015/2016.
Advertisement
Serta kondisi iklim saat musim giling sekarang ini yang diprediksi akan berjalan bersamaan dengan musim hujan. "Sesuai dengan prediksi BMKG ini kan sudah masuk periode La Nina, musim penghujan siklus lima tahunan. Dimana Kondisi ini menjadi gangguan pasokan tebu kepada pabrik gula yang tengah menjalani musim giling," dia menambahkan.
Menurut dia, impor gula mentah impor tersebut, sekaligus akan mampu menghambat berhentinya pabrik akibat terganggunya pasokan tebu sebagai bahan baku. Selain itu juga untuk menjaga agar rendemen tidak melorot tajam.
"Kalau rendemen bisa dijaga maka petani akan diuntungkan, dan dalam jangka panjang mempunyai makna besar pada percepatan swasembada gula di tanah air karena akan makin antusias bercocok-tanam tebu sehingga PG tidak lagi kekurangan bahan baku," dia melanjutkan.
Dia menilai, saat ini petani sudah mulai menikmati keuntungan menanam tebu. Sehingga kondisi ini perlu dijaga agar petani tidak lari ke komoditas lainnya.
Sebab itu pemerintah yang telah menggagas program dan visi ke depan pada pencapaian percepatan swasembada gula tersebut, diminta tidak terjebak pada agenda tersembunyi pihak tertentu. Pemerintah harus fokus pada peningkatan pendapatan petani dan revitalisasi pabrik-pabrik gula.
"Bila ada kelompok mengatasnamakan petani yang tiba-tiba menolak PTPN untuk melakukan impor raw sugar, padahal jelas-jelas bahwa impor tersebut terkait dengan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani, itu hal yang patut diwaspadai," kata dia.
Dalam kaitan ini Wachid menunjuk pada kasus pengajuan permohonan impor raw sugar oleh 7 PG swasta pada 2015 lalu yang angkanya mencapai 775 ribu ton dengan alasan sebagai fasilitasi investasi dan commitioning test serta pemanfaatan idle capacity untuk investasi revitalisasi PG.
“Itu belum termasuk impor raw sugar yang dilakukan oleh 11 PG Rafinasi yang jumlahnya mencapai jutaan ton dan peredaran serta pendistribusiannya sering bocor ke pasar dan dijual sebagai gula konsumsi,” tegas Wachid.(Dhimas prasaja/nrm)