Pindad Ditawari Bangun Pabrik Senjata di Timur Tengah

PT Pindad (Persero) tampaknya mulai dikenal di berbagai penjuru dunia melalui produk-produknya.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 10 Jun 2016, 08:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2016, 08:00 WIB
20160609- Produk Baru Pindad-Senjata Api-Jakarta- Angga Yuniar
Sejumlah senjata buatan PT Pindad dipamerkan saat peluncuran senjata baru di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Kamis (9/6). Empat senjata api buatan Pindad itu membuat Indonesia kembali eksis dalam industri persenjataan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pindad (Persero) tampaknya mulai dikenal di berbagai penjuru dunia melalui produk-produknya. Alhasil, saat ini ada dua negara yang berminat untuk membangun pabrik senjata Pindad di negara mereka.

Direktur Utama Pindad Silmy Karim mengungkapkan, Pindad ditawari untuk membangun pabrik senjata di Timur Tengah. Namun sayangnya Silmy masih menutup rapat negara mana yang menawarkan itu.

"Ada dua yang berminat, saya tidak bisa sampaikan dulu, tentu di sini akan dipilih satu. Jadi mereka investasi kita yang berikan license," kata Silmy saat berbincang dengan wartawan, Jumat (10/6/2016).

Di Timur Tengah, Pindad dikenal sebagai penghasil senjata dan kendaraan tempur yang menjadi andalan beberapa pasukan perdamaian dunia. Namun, negara itu hanya berminat untuk membangun pabrik senjata, belum untuk kendaraan tempur.

Mengenai ekspansi kendaraan tempur, Pindad juga ditawari satu negara untuk menggunakan fasilitas produksi mereka agar bisa memproduksi kendaraan tempur bermerek Pindad.

"Dalam pemilihannya nanti ada beberapa pertimbangan‎. Pertimbangannya di sini prospek potensi market-nya, tentu hubungan luar negerinya juga, ketiga kemudahan investasi dan sebagainya," kata Silmy.

Pasar negara-negara Timur Tengah memang menjadi tujuan ekspor Pindad. Di sana, potensi pasarnya diklaim Silmy cukup besar. Bahkan, Silmy menyebutkan ada potensi pasar US$ 300 juta‎ yang menjadi target Pindad di Timur Tengah. "Mudah-mudahan tahun ini kita bisa ambil keputusan negara mana yang kita pilih," ucap Silmy.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya