Investasi Tak Perlu Menunggu Kaya, Ini Alasannya

Walaupun memiliki uang yang banyak, bukan jaminan jika selamanya pemenang undian akan menjadi kaya. Mereka harus mulai berinvestasi.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 10 Jun 2016, 14:29 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2016, 14:29 WIB
Ilustrasi Orang Kaya Sayembara
Ilustrasi Orang Kaya Sayembara

Liputan6.com, Jakarta - Sebagian orang berpikir, investasi baru bisa dilakukan ketika memiliki kelebihan banyak uang. Padahal, cara pandang seperti itu tidaklah 100 persen benar.

Head of Intermediary PT Schroder Investment Management Indonesia Teddy Oetomo menjelaskan, ‎berdasarkan data media internasional Fortune, sebanyak 44 persen pemenang undian bangkrut dalam 5 tahun.

Time juga mencatat sebanyak 70 persen pemenang undian bangkrut dalam 7 tahun. "‎Contoh-contoh ini memberikan ilustrasi mengenai bagaimana kebanyakan orang yang menerima sejumlah besar uang secara sekaligus pun tidak menginvestasikan uangnya juga," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (10/6/2016).

Dia mengatakan walaupun memiliki uang yang banyak, bukan jaminan jika selamanya pemenang undian akan menjadi kaya. Sebab itu perlu pengelolaan dana yang baik untuk menjamin kehidupan di masa depan.


"Pengalaman ini menyadarkan kita bahwa pada akhirnya, cara kita mengelola dan menginvestasikan penghasilan kita yang ada sekarang lah yang akan menentukan," dia menjelaskan.

Dia mengatakan, perlunya menjadikan investasi sebagai bagian dari haya hidup. Maksudnya, ‎perlu ada kepastian jika sebagian penghasilan tersisih untuk investasi.

‎Memang, hal ini terlihat tidak mudah. Namun untuk menjadi gaya hidup perlunya belajar dari aktivitas dari seorang pelari.

‎"Setiap pelari pasti mengetahui bahwa ada hari-hari di mana sepertinya ada hambatan untuk melakukan latihan 10 km. Namun demikian, untuk kebanyakan orang yang telah menjadikan lari sebagai bagian dari gaya hidup mereka, kita semua mengetahui bahwa ada waktu di mana kita harus disiplin dan melakukan latihan olahraga," jelas dia.

Setelah investasi menjadi bagian dari gaya hidup, langkah selanjutnya ialah mempelajari investasi termasuk produk-produk investasi. Hal ini penting sebagai bagian untuk pengembangan investasi.

‎"Bagaimanapun juga, berinvestasi tidak memerlukan modal awal yang sangat besar. Di Indonesia, persyaratan minimal untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen keuangan tertentu seperti misalnya reksadana, adalah tidak besar, yaitu pada  angka Rp 100 ribuatau kurang dari US$ 10," tandas dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya