Imam Sya’rani Haruskan Murid-muridnya jadi Orang Kaya, Gus Baha Bongkar Alasannya

Gus Baha menceritakan bahwa Imam Sya'rani memerintahkan murid-muridnya agar menjadi orang kaya.

oleh Liputan6.com Diperbarui 24 Feb 2025, 10:30 WIB
Diterbitkan 24 Feb 2025, 10:30 WIB
Gus Baha 221
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Imam Sya’rani ialah salah seorang ulama yang disegani yang hidup di masanya. Imam Sya’rani sangat menguasai ilmu fiqih dan tasawuf. Beliau juga dikenal sebagai seorang sufi yang zuhud.

Meski demikian, beliau tidak menghendaki murid-muridnya hidup miskin. Bahkan berdasarkan riwayat sebagaimana dikemukakan oleh Gus Baha, Imam Sya’rani mengharuskan murid-muridnya hidup kaya.

“Imam Sya’rani berkata, “kamu murid-murid saya harus jadi orang kaya,” ujar Gus Baha dikutip dari tayangan YouTube Short @Santritivi, Senin (23/02/2025).

“Kanapa ya Imam Sya’rani, bukankah kita disuruh zuhud?” tanya seorang santri kepadanya seperti dituturkan Gus Baha.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Alasannya

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)... Selengkapnya

Gus Baha mengemukakan alasan Imam Sya'rani memerintahkan muridnya menjadi orang kaya. Sebab dalam Al-Qur'an terdapat perintah untuk menginfakkan atau menyedekahkan sebagian hartanya.

Untuk bisa menjalankan perintah Al-Qur'an ini tentu saja harus menjadi orang kaya agar mampu bersedekah, bukan menjadi orang miskin yang berhak menerima sedekah.

”Nanti kamu kebingungan membaca ayat ini,” jawab Imam Sya'rani sebagaimana dikemukakan Gus Baha.

“Lalu beliau membaca anfiqu, anfiqu,” sambungnya.

“Artinya, kalau kamu miskin, pas baca abfiquu mimma razaqnaakum, kamu bingung,” paparnya

“Karena kamu nasibnya yunfaqun, Qur’annya yunfiquun bukan yunfaquun, yunfiiquun itu memberi, bukan diberi,” tandasnya.

Sekilas tentang Imam Sya'rani

Manggung di Dubai, Ini 6 Potret Lyodra Ginting Saat Jalan-Jalan di Padang Pasir
Lyodra Ginting di Dubai (Sumber: Instagram/lyodraofficial)... Selengkapnya

Menukil nadirhosen.net,IAbdul Wahab bin Ahmad Sya’rani (1493–1565) atau lebih dikenal dengan nama Imam Sya'rani, merupakan ulama dari Mesir yang bermazhab Syafi’i namun juga dikenal sebagai seorang sufi. Kabarnya ia hafal Qur’an saat berusia tujuh tahun. Sewaktu kecil sudah terlihat tanda-tanda karamahnya ketika ia terjatuh di sungai Nil namun ia diselamatkan oleh seekor buaya.

Beliau belajar fiqh, hadis dan disiplin ilmu keislaman lainnya dari para masyayikh terkemuka pada masanya. Beliau bercerita sendiri bagaimana susah payah menempa dirinya ketika menempuh suluk. Beliau bahkan mengaku belajar langsung kepada Nabi Khidr. Walhasil banyak kisah unik seputar beliau ini, termasuk beliau saat shalat bisa mendengar binatang, bebatuan dan dinding serta pilar masjid bertasbih mengagungkan Allah. Subhanallah!

Di tangan beliau, fiqh dan tasawuf bisa berjalan beriringan. Di tangan beliau, perbedaan mazhab bisa terlihat indah. Bahkan beliau memberikan penilaian mana pendapat fiqh yang berat (tasydid) dan mana yang ringan (takhfif). Yang berat untuk para ulama, dan pendapat yang ringan dipilihkannya untuk orang awam. Inilah “timbangan besar” (al-mizan al-kubra) yang beliau berikan kepada kita; untuk menimbang-nimbang pendapat fiqh yang ada.

Dalam kitab al-Mizan al-Kubra karya Imam Sya’rani dijelaskan bahwa mazhab-mazhab dalam fiqh itu ada di bawah sorotan cahaya syari’at yang suci (al-syari’ah al-muthahharah). Tidak ada satu pendapat pun dari pendapat-pendapat mereka yang keluar dari tuntunan ilahi. Itu sebabnya tidak cukup hanya dengan menjelaskan lewat rangkaian kata-kata, Imam Sya’rani menjelaskan pula lewat berbagai gambar dan bagan untuk memudahkan pembaca memahami penjelasan beliau, seperti bisa dilihat di foto-foto yang saya cantumkan.

Dalam halaman-halaman selanjutnya Imam Sya’rani yang bermazhab Syafi’i ini dengan gigih membela Imam Abu Hanifah dari serangan tajam para kritikus. Terlihat jelas bagaimana Imam Sya’rani jauh dari sifat kefanatikan. Ilmu fiqh dan tasawufnya sudah taraf mumpuni, maka tidak heran ada yang menganggap beliau salah satu waliyullah. Wa Allahu a’lam bis shawab.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya