Ini Janji Menteri PUPR Jika Tol Cikarang Utama Macet Hingga 5 Km

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, perjalanan pemudik ketika arus balik berbeda dengan arus mudik.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Jul 2016, 15:34 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2016, 15:34 WIB
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) akan membebaskan (gratis) tarif di jalan tol Cikarang Utama apabila antrean kendaraan di gerbang tol mengular hingga 5 kilometer (km). Langkah ini dilakukan sebagai antisipasi kemacetan saat arus balik mudik.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, perjalanan pemudik ketika arus balik berbeda dengan arus mudik.

Pada arus mudik, biasanya kendaraan dari jalan tol dengan daya tampung lebih besar masuk ke jalan nasional yang lebih kecil kapasitasnya. Sementara yang terjadi pada arus balik mudik, sebaliknya.

Sebagai langkah antisipasi puncak arus balik yang diprediksi terjadi Sabtu malam kemarin dan Minggu (10/7/2016), apabila kepadatan terjadi di Gerbang Tol Cikarang Utama hingga 5 km, maka tarif ruas tol ini akan gratis. Meskipun free, pengendara tetap harus menyerahkan kartu tol di gerbang tol.

Dari pengamatannya, kondisi antrean di Gerbang Tol Cikarang Utama, kemarin malam (9/7/), panjangnya masih sekitar 300 meter.

“Kalau sampai 5 Km stuck akan kita bebaskan (gratis) di Gerbang Tol Cikarang Utama. Saya akan monitor terus, tapi kalau masih jalan pelan itu wajar kecuali sudah stuck," ujar Basuki dalam keterangan resminya di Jakarta, hari ini.

Lebih jauh Basuki menuturkan, langkah lain untuk mengurai kemacetan, khususnya di Tol Jakarta-Cikampek, yakni melalui contra flow, jemput transaksi, pengalihan arus, dan penambahan gardu tol.

Paling penting, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Kementerian Kesehatan, dan Kepolisian harus berkerjasama demi tercipta kelancaran dan kenyamanan transportasi.

Menurut dia, kelancaran arus mudik dan balik dipengaruhi oleh tiga hal utama, yaitu pertama penyediaan prasarana, kedua rekayasa lalu lintas. Terakhir, perilaku pengemudi.

“Sekarang prasarana sudah given. Contohnya bila Jembatan Sipait di Pekalongan tidak selesai pasti lebih parah kemacetannya. Sekarang tinggal rekayasa seperti penambahan gardu dan contra flow, " ucap Basuki.

Dirinya mengaku, tempat istirahat (rest area) di tol selalu penuh dan sesak di arus mudik maupun arus balik hingga menjadi salah satu penyebab kemacetan. Hal itu, tidak bisa dihindari karena terjadi pergerakan 1,6 juta mobil yang meninggalkan Jabodetabek ke wilayah Jawa.

“Di rest area sendiri misalnya sudah ada 100 toilet, tapi pasti tidak akan cukup,"  Basuki menerangkan.

Bahkan dia mengibaratkan arus mudik dan arus balik Lebaran layaknya seperti ibadah haji yang dibanjiri jutaan manusia dalam satu waktu.

"Kalau ada kepadatan menurut saya karena memang seperti orang naik haji. Jadi dalam satu waktu, sama dengan the greatest festival. Ini bukan excuse," tegasnya.

Ke depan bila hasil evaluasi arus mudik dan arus balik tahun ini ternyata tempat istirahat menjadi salah satu sarana yang perlu ditambah jumlahnya, Basuki berjanji akan melakukan penambahan.

“Ini dilakukan agar penumpukan manusia di tempat istirahat bisa berkurang. Dan diharapkan arus balik ini tidak ada kemacetan parah,” harap dia. (Fik/Nrm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya