Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Jawa Timur (Jatim) menutup masuknya impor daging kerbau asal India dan jeroan ke seluruh daerahnya. Lantaran warga Jatim lebih memilih mengonsumsi daging sapi ketimbang daging kerbau, apalagi jeroan.
Gebernur Jatim, Soekarwo atau yang akrab disapa Pakde Karwo beralasan, daging kerbau memiliki serat yang kasar dan agak besar sehingga memicu daging tersangkut di sela gigi. Sementara mengonsumsi jeroan justru menimbulkan penyakit.
"Penduduk Jatim sukanya daging sapi, kerbau apalagi jeroan tidak bisa masuk. Sebab daging kerja seratnya besar, bikin selilitan. Sedangkan jeroan bikin saluran darah tertutup di sini (leher) karena ada plak atau kerak," ujar dia usai Penandatanganan Perjanjian KPBU Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, di kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis (21/7/2016).
Menanggapi permintaan dari warga dan pedagang di Jatim yang tidak menyukai daging kerbau dan jeroan, Pakde Karwo membuat surat edaran larangan impor daging kerbau maupun jeroan masuk ke Jatim.
Baca Juga
"Saya setuju dengan pendapat penduduk dan pedagang, tidak usah masuk ke Jatim. Kita bikin surat edaran, tidak perlu masuk daging kerbau dan jeroan," kata dia.
Saat ini, Pakde Karwo mengaku, Jatim mengalami surplus sapi hidup maupun daging sapi. Dia mencatat, populasi sapi di Jatim mencapai 4,3 juta ekor sapi dengan produksi atau kelahiran 1,05 juta ekor sapi per tahun.
"Yang kita perlukan 550 ribu ekor sapi per tahun, itu pun masih surplus besar sekitar 500 ribu ekor," tutur dia.
Tak heran bila di Provinsi yang menjadi produsen sapi ini, harga daging sapi stabil di kisaran Rp 107 ribu-Rp 110 ribu per kilogram (kg).
Advertisement
Sementara untuk daging tetelan khusus rawon dihargai Rp 85 ribu per kg, daging sapi kualitas sedang dan rendah masing-masing sebesar Rp 100 ribu dan Rp 95 ribu per kg.
"Kita memang tidak ada impor sapi, apalagi padi, sayur. Tidak bisa. Kita seleksi barang yang masuk," kata Pakde Karwo. (Fik/Ahm)