Pilpres AS Bakal Berdampak ke Perdagangan RI

Saat ini pasar global tengah antisipasi jika salah satu calon presiden AS Donald Trump terpilih jadi Presiden AS.

oleh Septian Deny diperbarui 26 Okt 2016, 17:07 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2016, 17:07 WIB
Saat ini pasar global tengah antisipasi jika salah satu calon presiden AS Donald Trump terpilih jadi Presiden AS.
Saat ini pasar global tengah antisipasi jika salah satu calon presiden AS Donald Trump terpilih jadi Presiden AS.

Liputan6.com, Jakarta Hasil pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) yang akan berlangsung pada November 2016 dinilai akan membawa dampak pada perdagangan Indonesia.

Namun dampak yang dirasa oleh Indonesia akan lebih kecil ketimbang negara lain yang volume perdagangan dengan AS ‎lebih besar seperti Vietnam dan Malaysia.

‎Ekonom OCBC Singapura Wellian Wiranto mengatakan, saat ini pasar global tengah melakukan antisipasi jika salah satu kandidat yaitu Donald Trump terpilih jadi presiden AS. Sebab, terpilihnya Trump diprediksi bakal berdampak pada perdagangan Negeri Paman Sam dengan negara lain.

‎"Pengaruh pemilu AS, ada ketakutan pada Trumpt, meski dalam survei Hillary masih unggul 6 persen. Tapi yang tidak suka Trump dan Hillary sama banyaknya. Jadi masih adanya kemungkinan Trump jadi presiden, dan pasar sedang was-was dengan potensi kepresidenan Trump," ujar dia di OCBC NISP Tower, Jakarta, Rabu (26/10/2016).

Wellian menyatakan, perdagangan Indonesia dan negara-negara lain terhadap AS akan terpengaruh karena sebelumnya Trump telah menyatakan akan menaikkan ‎tarif bea masuk bagi barang-barang impor, khususnya yang berasal dari Tiongkok. Jika hal ini terealisasi, maka juga akan berdampak pada Indonesia.

‎"Dampak ke Asia soal trade, tarif impor katanya mau naik 30 persen-40 persen.‎ Indonesia untungnya ekspor ke AS rendah, dibanding negara lain seperti Vietnam, Malaysia. Tapi kalau terjadi di AS pasti berdampak pada Indonesia meski ekspor langsung ke AS tidak terlalu tinggi," kata dia.

Selain itu, kondisi AS pada 2017 juga akan berdampak pada Indonesia. Lantaran bank sentral AS yaitu The Federal Reserve diprediksi  menaikkan suku bunganya pada Desember 2016 dan dua kali pada tahun depan.

‎"The Fed akan naik lagi di Desember, dan di 2017 dua kali, mungkin pada kuartal II dan kuartal IV. Mereka (The Fed) mau naikkan suku bunga tapi selalu was-was dari dulu, mereka takut ekonomi AS tidak sehat kalau naikkan suku bukan saat ekonomi tidak sehat. Mereka yang akan disalahkan," ujar dia.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya