Jonan Ingin Pertamina Jadi Pemain Utama Kilang di Indonesia

Jonan menginginkan PT Pertamina (Persero) menjadi pemain utama dalam pembangunan kilang

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Okt 2016, 16:40 WIB
Diterbitkan 26 Okt 2016, 16:40 WIB
20160414- Kilang Pengolahan Minyak Terbesar ke-2 di Indonesia-Kalimantan- Fery Pradolo
Petugas lapangan memantau Area Crude Distilation Unit (CDU IV) di kawasan kilang RU V Balikpapan, Kalimantan, Kamis (14/05). Kapasitas RU V sebesar 260 MBSD dihasilkan dari Balikpapan 1 dan 2. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menginginkan PT Pertamina (Persero) menjadi pemain utama dalam pembangunan kilang di Indonesia.

Jonan mengatakan, pembangunan kilang menjadi‎ perhatiannya karena kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) terus meningkat. Saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari (bph), sedangkan kapasitas kilang yang ada baru 800 ribu bph.

"Ada tentang kilang,supaya semakin lama semakin besar jumlahnya di Indonesia," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (26/10/2016).

Jonan pun menginginkan, pembangunan kilang di Indonesia dilakukan oleh Pertamina, tetapi jika belum bisa, swasta diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan industri hilir minyak tersebut.

‎"Apakah ini harus Pertamina? saya harap Pertamina, tapi kalau belum cukup swasta boleh juga," ucap Jonan.

Menurut Jonan, pihak swasta yang membangun kilang di Indonesia akan diperbolehkan untuk menjalankan bisnis hilirnya, dengan menjual BBM melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Indonesia atau mengekspornya.

"Apakah swasta itu kalau punya kilang sendiri punya pompa bensin sendiri boleh nggak? boleh. Boleh ekspor nggak? boleh. kita buat aturannya," terang Jonan.

Jonan mengungkapkan, kilang akan menjadi peluang bisnis baru, karena kebutuhan BBM semakin meningkat, hasil produksi kilang selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga bisa diekspor untuk memasok negara kebutuhan lain.

Seperti di Singapura yang produksi kilangnya mencapai 1,5 juta bph, sementara kebutuhan BBM-nya hanya 150 ribu bph, sedangkan sisanya dijual ke negara lain.

"Konsumsi Singapura per hari 150 ribu bph, tapi kilangnya 1,5 juta bph, jadi bisa ekspornya banyak, kan kebutuhan BBM semakin naik, ini konsep membuat pasar baru nggak masalah," tutup Jonan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya