Liputan6.com, Las Vegas - Debat final calon presiden Amerika Serikat baru saja selesai diselenggarakan pada Rabu 19 Oktober 2016 malam waktu setempat.
Pertarungan antara kedua capres, Donald Trump dan Hillary Clinton, berlangsung sengit. Kedua pihak saling serang pendapat dan terlihat mencoba memojokkan lawan mereka dalam ajang yang digelar di University of Nevada, Las Vegas.
Setelah 90 menit, pertandingan sengit antara capres Republik dan Demokrat itu pun berakhir. Para pendukung masing-masing kubu kini menanti siapa yang memenangi pertarungan pertama tersebut.
Advertisement
Seperti dikutip dari CNN, Kamis (20/10/2016), hasil jajak pendapat CNN/ORC menunjukkan bahwa Hillary ditetapkan sebagai pemenang pada debat terakhir ini dengan meraih 52 persen suara. Ia mengalahkan Trump hanya mendapatkan 39 persen suara.
Hal ini menambah kemenangan Hillary setelah capres Demokrat itu juga memenangkan debat capres sebelumnya yang dilaksanakan pada 9 Oktober 2016 lalu. Kala itu Trump meraih suara sebanyak 27 persen, sementara Hillary unggul dengan 67 persen.
Dalam perdebatan terakhir memperebutkan kursi preside AS itu, Hillary yang tampil dengan mengenakan pakaian serbaputih, sedangkan lawannya mengenakan setelan jas berwarna gelap.
Topik Rusia dan Vladimir Putin memanaskan debat pamungkas antara Trump dan Hillary. Perdebatan diawali ketika moderator debat, Chris Wallace dari Fox News, menanyakan soal email Hillary yang dibocorkan WikiLeaks.
Dalam surat elektronik tersebut, Hillary mengatakan soal impiannya, yakni tentang perdagangan terbuka dan perbatasan yang terbuka (open borders).
"Yang saya maksudkan adalah soal energi. Kita memperdagangkan lebih banyak energi dengan para tetangga kita, lebih banyak daripada dengan negara lain di dunia," kata Hillary, sambil membantah bahwa open border yang ia maksud adalah soal perbatasan.
Hillary kemudian menyinggung soal aksi WikiLeaks yang membocorkan email-nya secara masif.
"Yang terpenting soal WikiLeaks adalah bahwa pemerintah Rusia melakukan aksi spionase terhadap AS. Itu dilakukan dari level tertinggi, dari Putin sendiri, untuk mempengaruhi pemilu ini," kata dia.
Sebelum memasuki sesi terakhir, kedua orang tersebut menyinggung soal eks bakal penantang Hillary dalam konvensi Partai Demokrat, Bernie Sanders.
Trump menuduh, Sanders tak pernah sejalan dengan Hillary, meski ada di dalam satu partai.
"(Ketua pemenangan Hillary Clinton) John Podesta mengatakan kami punya insting yang buruk. Sementara Bernie Sanders menyebut Anda memiliki pertimbangan buruk, saya sangat setuju dengan mereka," sebut
Trump.
Mendengar pernyataan Trump tersebut, Hillary sempat tersenyum. Lalu, ia segera merespons seluruh komentar dari penantangnya tersebut.
"Tanyakan pada Bernies Sanders, siapa yang ia dukung untuk jadi presiden," sebut Hillary. "Sanders menyebut kamu adalah orang paling berbahaya dalam sejarah modern yang maju dalam pemilihan presiden, itu sepenuhnya benar," tegas Hillary.