Liputan6.com, New York - Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) jatuh setelah hasil sementara pemilihan presiden (pilpres) AS menunjukkan kandidat dari Partai Republik Donald Trump melaju di atas kandidat dari Partai Demokrat Hillary Clinton.
Dalam perhitungan suara sementara, Trump mampu melampaui Hillary di beberapa negara bagian. Realisasi tersebut sangat mengejutkan bagi para pedagang valuta asing. Semula, pelaku pasar memperkirakan bahwa Hillary akan menang dalam pemilihan presiden kali ini.
Mengutip Bloomberg, Rabu (9/11/2016), kemenangan Trump ini menjadi pukulan berat kedua bagi pasar valuta asing dalam kurun waktu lima bulan terakhir. Pukulan pertama adalah saat warga Inggris memilih untuk keluar dari Uni Eropa.
Advertisement
Baca Juga
Saat ini merupakan pukulan kedua di mana dolar AS telah jatuh 3,8 persen terhadap yen. Ini merupakan penurunan terbesar sejak referendum Inggris. Sedangkan jika dibandingkan dengan euro, dolar AS telah melemah 2,4 persen terhadap Franc Swis, dan dolar AS telah melemah 2,3 persen.
Jika Trump menang akan memacu perubahan kebijakan AS. Tentu saja, perubahan kebijakan tersebut akan sangat berpengaruh kepada nilai tukar dolar AS.
"Ini tak terduga dan pasar keuangan tidak suka dengan kejadian yang tidak terduga," ujar Analis Pasar Uang Citigroup Inc, Steven Englander.
"Untuk sementara waktu ini sulit untuk dipetakan. Kami tidak tahu berapa besar volatilitas yang bisa terjadi dengan adanya kejadian ini," tambah dia.
Untuk sementara, Trump menang. Miliarder tersebut meraih 244Â electoral vote. Sementara rivalnya, Hillary Clinton, tertinggal dengan angka 215Â electoral vote.Â
Â