Liputan6.com, New York - harga minyak naik pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) setelah data produksi OPEC menunjukkan kepatuhan yang sangat tinggi dari negara-negara anggota OPEC untuk menjalankan kesepakatan pengurangan produksi.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (1/2/2017), harga minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman Maret ditutup naik 18 sen atau 0,3 persen ke angka US$ 52,81 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak Brent, yang merupakan patokan global, naik 47 sen atau 0,9 persen ke angka US$ 55,70 per barel di ICE Futures Europe.
Berdasarkan data dari JBC Energy, negara-negara yang tergabung dalam OPEC telah memangkas produksi lebih dari 1 juta barel per hari atau mencapai 88 persen dari target yang telah disetujui pada November 2016 lalu. Dengan adanya data tersebut mendorong kenaikan harga minyak.
Advertisement
Baca Juga
Arab Saudi menurunkan produksi minyak mentah menjadi di bawah 10,1 juta barel per hari. Irak juga menurunkan produksi 160 ribu barel per hari. Sedangkan Kuwait memangkas produksi 100 barel per hari.
Namun memang, ada beberapa negara yang tak ikut dalam kesepakatan atau dibebaskan dari kesepakatan mengalami kenaikan produksi. Nigeria dan Libya naik 60 ribu barel per hari. Sementara Iran produksinya mengalami kenaikan 20 ribu barel per hari.
Menurut Vice President of Research and Analysis Mobius Risk Group, Houston, AS, John Saucer menjelaskan, meskipun ada beberapa negara produksinya meningkat tetapi nilainya tidak sebanding dengan pengurangan sesuai dengan hasil kesepakatan.
"Dalam perjanjian ini, kuncinya hanya sekitar empat sampai dengan lima negara saja," jelas dia. "Ini akan sangat menarik dalam beberapa minggu ke depan," tambah dia.
Untuk diketahui, OPEC dan negara-negara penghasil minyak di luar OPEC pada November lalu sepakat untuk memangkas produksi minyak untuk mengembalikan harga minyak ke posisi yang wajar. Selama dua tahun harga minyak selalu tertekan dan berada di bawah US$ 50 per barel.
Kenaikan harga minyak juga terjadi karena kejatuhan nilai tukar Dolar AS juga memainkan peran penting dalam kenaikan harga minyak. Dengan pelemahan dolar AS ini membuat harga minyak yang diperdagangkan menggunakan dolar AS lebih murah bagi pembeli asing. Skenario ini sering jadi pendorong kenaikan harga minyak. (Gdn/Ndw)