Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat tipis sehingga mendorong kenaikan tertinggi secara mingguan. Kenaikan harga minyak didorong data pemangkasan produksi oleh negara produsen utama minyak dunia. Namun, pasar sedikit bereaksi terhadap Amerika Serikat (AS) kenakan sanksi untuk Iran.
Di New York Mercantile Exchange, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 0,5 persen ke level US$ 53,83 per barel. Secara mingguan, harga minyak telah menguat 1,2 persen. Sedangkan harga minyak Brent untuk pengiriman April telah naik 0,4 persen menjadi US$ 56,81 per barel.
Kekhawatiran atas potensi peningkatan cukup besar untuk produsen minyak di AS usai data menunjukkan kenaikan tiga minggu berturut-turut untuk jumlah rig domestik yang aktif. Hal itu membuat harga minyak dalam rentang perdagangan yang ketat.
Advertisement
Sentimen lainnya yaitu AS mengumumkan telah menjatuhkan sanksi baru atas Iran usai peluncurna uji coba rudal plastik. Sanksi itu tidak melanggar perjanjian nuklir AS yang dicapai dengan Teheran pada 2015. Berdasarkan kesepakatan itu, pemerintah AS mempertahankan hak untuk blacklist perusahaan Iran dan personil yang terlibat dalam pengembangan rudal dan terorisme.
Baca Juga
Analis komoditas Platts Analytics Jenna Delaney menuturkan, sentimen Iran telah menekan harga minyak Brent. Namun, harga minyak kembali turun usai pernyataan kalau sanksi baru tidak berdampak terhadap kesepakatan sebelumnya yang telah mengakibatkan pencabutan sanksi terhadap ekspor minyak Iran.
"Sementara selalu ada kemungkinan risiko geopolitik baru yang timbul. Pasar sekarang akan kembali fokus untuk pasokan dan permintaan," ujar dia seperti dikutip dari laman Marketwatch, Jumat (4/2/2017).
Sentimen lainnya yaitu analis percaya negara pengekspor minyak tergabung dalam OPEC telah patuh untuk memangkas target produksi minyak sejak awal tahun. Hal ini sebagai upaya atasi pasokan minyak berlebih di pasar.
Data Kementerian Energi Rusia menunjukkan produksi negara minyak dan kondesat turun sekitar 100 ribu barel per hari pada Januari. Laporan itu diharapkan dapat mengangkat harapan OPEC memegang komitmen pangkas produksi 1,8 juta barel per hari. Data produksi OPEC pada Januari akan dirilis pertengahan Februari.
Di sisi lain kenaikan pasokan AS merupakan risiko bagi OPEC yang berupaya untuk memangkas kelebihan minyak.