Liputan6.com, Jakarta Pesawat N219 akan mengudara pada akhir April 2017. Pesawat ini murni dikembangkan putra-putri bangsa melalui bendera PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir mengatakan, N219 tengah memasuki uji sayap dan uji gigi (gear). Setelah rampung, pesawat ini akan segera uji terbang.
"N219 masih terakhir uji wing, uji sayap hampir selesai. Ini pada tahap uji gear, landing gear untuk landasan kalau sudah selesai, di akhir April atau awal Mei uji terbang," jelas dia dalam acara The 2nd WOW Brand Festive Day di Jakarta, Kamis (9/3/2017).
Pesawat ini 100 persen hasil penelitian (research) orang Indonesia. Namun, sebagian materialnya didatangkan dari luar negeri. "Sayapnya 100 persen dalam negeri dan diproduksi kalau jadi terbang di bulan April akhir atau awal Mei. Ini pertama kali. Diharapkan kebangkitan kedirgantaraan Indonesia," jelas dia.
Advertisement
Baca Juga
Pesawat N219 bisa menampung 19 orang. Pesawat bisa mendarat di landas pacu relatif pendek antara 500-600 meter. Jika mendesak, pesawat bisa mendarat di jalan raya. "Kalau tiba-tiba tidak ada, jalan raya bisa landing," tutup dia.
Sebelumnya pada 18 September 2016, Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso menceritakan, pesawat N219 telah dipamerkan kepada masyarakat, banyak perusahaan asal Benua Afrika yang siap untuk membeli pesawat itu.
Bahkan, ada salah satu perusahaan asal Nigeria yang menawarkan proses assembling dilakukan di negaranya. Ini sebagai tanda bahwa perusahaan itu siap membeli N219 dalam jumlah yang cukup banyak.
"Ada beberapa negara yang datang ke kami, mereka katakan kita kerjasama. Kalau kita mau mereka akan bikin komitmen bikin 100 pesawat nanti di negaranya, jadi assembly di sana, komponen semua dari sini. Banyak negara Afrika yang tertarik pesawat kita. Nigeria salah satunya," papar Budi saat berbincang dengan Liputan6.com.
Dari pengakuan beberapa perusahaan asal Benua Afrika tersebut, banyak pesawat dengan tipe yang sama yang banyak digunakan di negaranya namun kini berusia uzur. Ini karena produsen pesawat tersebut sudah tidak memproduksinya lagi.
Untuk itu, mereka memburu N219 ini karena pesawat jenis ini akan menjadi idola baru di langit-langit Afrika nantinya. Komitmen ini diakui Budi menjadi semangat tersendiri bagi PT DI untuk segera merampungkan produksi N219. "Jadi mereka melihat ini untuk masa depannya Afrika," tambah Budi. (Amd/Gdn)