Ini Sebab Pembangunan Pabrik Gula RI Lambat

Saat ini mayoritas pabrik gula milik BUMN berusia di atas 100 tahun,

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Mar 2017, 18:08 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2017, 18:08 WIB
pabrik-gula-130723b.jpg

Liputan6.com, Jakarta Indonesia saat ini menjadi salah satu negara pengimpor gula terbesar di dunia‎. Tercatat pada 2016, 4,2 juta ton gula didatangkan Indonesia dari beberapa negara untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi‎ Kementerian BUMN Wahyu Kuncoro mengungkapkan impor tersebut dikarenakan produksi dalam negeri hanya 2,2 juta ton per tahunnya.

Minimnya produksi ini dikatakan Wahyu karena pembangunan pabrik gula (PG) di Indonesia tidak secepat peningkatan kebutuhan. Saat ini mayoritas PG milik BUMN berusia di atas 100 tahun, bahkan ada yang berusia 207 tahun, yaitu PG Meritjan yang berlokasi di Kediri.

"Pabrik Gula kita itu sebelum ada Glenmore di Jember, terakhir bangun pada 1985, baru ada Glenmore itu 3 tahun lalu. Yang dibangun 1985 itu pun pada 1991 tutup, itu di Kalimantan," kata Wahyu di kantornya, Kamis (9/3/2017).

Terlambatnya pembangunan PG tersebut dikarenakan investasi pembangunan PG baru sangat kompleks. Selain invesatsinya yang tinggi, kepastian mengenai pasokan tebu juga menjadi hal yang belum bisa dipastikan.

"Bangun PG itu tidak segampang bangun pabrik untuk kelapa sawit. Kita bangun Glenmore kapasitas 6.000 TCD itu saja kita habiskan uang Rp 1,5-2 triliun," tegasnya.

Wahyu memaparkan, pembukaan lahan tebu juga membutuhkan waktu paling cepat 2 tahun. Belum lagi, pengadaan lahan hingga proses panen awal tebu sebelum giling memakan waktu 3 tahun.

Untuk itu, hal seperti ini yang menjadi tantangan pemerintah untuk bisa mensinergikan pembangunan pabrik baru yang dibarengi dengan semangat para petani untuk tetap menanam tebu. "Jadi ini kompleksitasnya kalau mau bangun pabrik baru,' tutup Wahyu. (Yas)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya