Lebih Murah dari Malaysia, Tarif Listrik RI Kalah dari Vietnam

Tarif listrik di Indonesia juga masih jauh lebih tinggi ketimbang negara Asia Tenggara lain.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 17 Mar 2017, 14:13 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2017, 14:13 WIB
Ilustrasi tarif Listrik (3)
Ilustrasi tarif Listrik (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Singkawang PT PLN (Persero) mengklaim saat ini tarif listrik Indonesia sudah jauh lebih murah dari Malaysia. Kedepannya, perseroan berupaya melakukan efisiensi agar tarif listrik bisa lebih rendah lagi.

Kepala Satuan Komunikasi Korporat PLN I Made Suprateka mengungkapkan, tarif listrik golongan bisnis besar di Malaysia adalah Rp 1.3200 per kilo Watt hour (kWh), sedangkan di Indonesia Rp 1.071 per kWh.

Sementara untuk tarif listrik golongan industri besar di Malaysia Rp 1.066 per kWh, sed‎angkan Indonesia Rp 954 per kWh. "Jadi bisa dilihat, tarif listrik di Indonesia sebenarnya jauh lebih murah," kata‎ Made, di Singkawang, Kalimantan Barat, Jumat (17/3/2017).

Meski Made mengakui, tarif listrik di Indonesia juga masih jauh lebih tinggi ketimbang negara Asia Tenggara lain. Seperti Vietnam, yang rata-rata sekitar Rp 777 per  KWH.

Hal tersebut disebabkan kondisi geografis Indonesia yang beragam dan letak pemukiman yang terpencar, sehingga untuk menerapkan interkoneksi jaringan yang bisa menekan biaya sulit dilakukan PLN.

Made melanjutkan, karena  tidak terjangkau jaringan dan kebutuhan listrik masyarakat harus terpenuhi. PLN harus mengoperasikan pembangkit berbahan bakar minyak ‎yang harganya jauh lebih tinggi, ketimbang bahan bahan bakar lain.

Sedangkan di Viet‎nam, kondisi geografis wilayahnya jauh sederhana, untuk mengalirkan listrik ke pelangganya cukup menyambung jaringan dari pembangkit yang bahan bakarnya jauh lebih murah, sehingga berpengaruh pada tarif listriknya.

"Karena konturnya berbeda sama kita, Vietnam bisa langsung tarik jaringan interkoneksi, dia bisa suatu saat narik jaringan. Kita nggak,‎ kalau kita konturnya beda-beda itu bikin mahal. Contoh di wilayah Natuna karena terpisah-pisah kita nggak bisa narik transmisi, satu pulau harus bikin diesel (pembangkit) sendiri ada biaya pengadaan," jelas Made.

Namun dia menegaskan, PLN tidak pasrah dengan kondisi tersebut, berusaha menurunkan tarif listrik. Saat ini perseroan sedang berupaya efisiensi dengan membangun jaringan kelistrikan, untuk menggantikan pembangkit berbahan bakar minyak berstatus sewa yang memiliki biaya produksi listrik mahal.

"Energi fosil yang kita cut, ketika kita narik jaringan transmisi, cost-nya jauh lebih murah, ini bisa menekan biaya, dibanding menyewa diesel," Made menandaskan.

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya