Liputan6.com, Jakarta - Bisnis wealth management punya potensi besar di Indonesia. Potensi bisnis mengelola jasa keuangan terutama untuk orang kaya ini didorong dari pertumbuhan jumlah harta orang kaya di Indonesia yang juga meningkat.
Senior VP Wealth Management Head Consumer Banking Group Bank DBS Indonesia, Widrawan Hindrawan menuturkan, berdasarkan riset financial pada akhir 2016, high net worth individu mencapai hampir 50 ribu. Selain itu, menurut Widrawan dilihat dari jumlah rekening deposito di atas Rp 2 miliar juga cukup besar yang tercatat di lembaga penjamin simpanan (LPS).
"Bisnis wealth management masih menjanjikan dilihat dari pertumbuhan kekayaan (orang kaya) dalam setahun hampir double digit dan pemilik rekening deposito di atas Rp 2 miliar," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, seperti ditulis Senin (27/3/2017).
Advertisement
Baca Juga
Ia menuturkan, nasabah kaya di Indonesia cukup beragam menempatkan dana investasinya. Mulai dari pasar saham, obligasi atau surat utang, dan deposito. Oleh karena itu, pihaknya juga menawarkan produk-produk investasi yang beragam kepada nasabah. Akan tetapi, pilihan investasi itu menurut Widrawan juga mempertimbangkan profil risiko nasabah dan jangka waktu.
Ada pun nasabah kaya memanfaatkan wealth management untuk kelola kekayaan, menurut Widrawan ada sejumlah faktor. Pertama, jasa wealth management lewat perbankan lebih terjamin karena juga diawasi regulator. "Sebagai investor memerlukan kepastian. Kepastian diberikan regulator. Bank tunduk pada regulator perbankan di Indonesia," ujar dia.
Kedua, menurut Widrawan, dari kaca mata investor juga membutuhkan riset untuk memberikan rekomendasi yang baik.
Untuk mendongkrak bisnis wealth management tersebut, Widrawan menuturkan pihaknya memberikan informasi mengenai pentingnya perencanaan keuangan. Perencanaan keuangan ini pun disesuaikan dengan kebutuhan investor. "Di wealth management tak hanya berikan investasi juga proteksi," kata dia.
Terkait hal yang dapat mempengaruhi imbal hasil investasi pada 2017, Widrawan menuturkan, ada sejumlah faktor yaitu kondisi ekonomi global. Ditambah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve. Widrawan menuturkan, kemungkinan the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017.