Ekonomi RI Diprediksi Aman Meski Suku Bunga AS Naik di Maret

Indonesia memiliki stabilitas sistem keuangan dan kinerja makro ekonomi yang sehat untuk menghadapi kenaikan suku bunga The Fed.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 06 Mar 2017, 12:00 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2017, 12:00 WIB
Ilustrasi The Fed
Ilustrasi The Fed

Liputan6.com, Jakarta Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve berpeluang menaikkan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) pada Maret 2017.

Bank Indonesia (BI) menegaskan kebijakan tersebut tidak akan berdampak besar terhadap Indonesia karena fundamental makro ekonomi yang sehat.

Gubernur BI Agus Martowardojo mengungkapkan, rencana penyesuaian tingkat bunga The Fed dari hasil Federal Open Market Committee (FOMC) semakin bulat di Maret ini, sampai dengan 90 persen.

"Ini merupakan satu perkembangan yang perlu kita waspadai," ujar Agus usai Rapat Pansel Calon Anggota Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (6/3/2017).

Akan tetapi, Agus mengaku, pelaku pasar atau investor sudah price in atau mengantisipasi rencana kenaikan suku bunga AS di bulan ketiga ini.

Sebelumnya suku bunga AS telah naik 0,25 persen pada Desember, dan itu kenaikan suku bunga kedua kali dalam 10 tahun. Saat ini suku bunga the Fed di kisaran 0,5 persen-0,75 persen.

"Secara umum, pasar sudah price in FFR akan naik di Maret karena komunikasi yang cukup baik dan kajian dari pasar yang cukup luas terkait itu," dia menegaskan.

Agus Marto memperkirakan dampak kenaikan tingkat bunga The Fed tidak akan besar untuk Indonesia. Alasannya, negara ini memiliki stabilitas sistem keuangan dan kinerja makro ekonomi yang sehat.

"Kita meyakini dampaknya tidak besar kepada Indonesia, karena stabilitas sistem keuangan dan kinerja makro ekonomi kita cukup baik. Kita pun akan merespons dengan baik kondisi (kenaikan FFR) secara umum," dia menjelaskan.

Dia menuturkan, stabilitas perekonomian nasional ditunjukkan dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi, neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan yang terjaga dengan baik.

"Dengan demikian, risiko capital reversal (pelarian modal) ataupun tekanan yang tidak kita kehendaki tidak terjadi," Agus menegaskan.(Fik/Nrm)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya