Inflasi Juni Bakal Tinggi, Tarif Listrik Jadi Penyebabnya

Tekanan inflasi akan bertambah dengan adanya dampak lanjutan dari penyesuaian subsidi listrik 900 Volt Amper (VA) tahap III.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Jun 2017, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2017, 17:00 WIB
Tekanan inflasi akan bertambah dengan adanya dampak lanjutan dari penyesuaian subsidi listrik 900 Volt Amper (VA) tahap III.
Tekanan inflasi akan bertambah dengan adanya dampak lanjutan dari penyesuaian subsidi listrik 900 Volt Amper (VA) tahap III.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diharapkan bisa mengendalikan inflasi pada Juni. Sebab, inflasi pada bulan ini diprediksi akan melambung tinggi lantaran ada momen Ramadan dan Lebaran. Selain itu kenaikan tarif listrik juga bakal ikut mengerek kenaikan angka inflasi.

Anggota Komisi XI DPR RI Donny Imam Priambodo mengatakan, ‎pada Mei 2017 Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan tingkat inflasi mencapai 0,39 persen. Sedangkan untuk di Juni ini diperkirakan angka inflasi akan mencapai tingkat yang tinggi.

Menurut dia, tidak saja karena dampak dari Ramadan dan Lebaran yang berakibat kenaikan permintaan atau inflasi inti, tetapi juga karena kenaikan TTL 900 VA tahap III atau tahap terakhir untuk pelanggan pasca bayar.

"Perkiraan awal IHK Juni dapat meningkat sekitar 0,8 persen-0,9 persen," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (4/6/2017).

Secara keseluruhan, lanjut Donny, penting bagi pemerintah untuk menjaga kenaikan dari unsur-unsur yang mempengaruhi inflasi. Selain kenaikan tarif listrik, harga bahan bakar minyak (BBM) dan LPG juga perlu dijaga agar tidak menjadi pemicu lonjakan inflasi di tahun ini.‎

Menurut dia, sebenarnya kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan BBM merupakan konsekuensi logis dari reformasi struktural di bidang energi yang tengah dijalankan pemerintah dalam rangka menyehatkan fiskal. Namun hal tersebut bisa diatasi jika pemerintah bisa melakukan reformasi struktural dengan baik disertai dengan komunikasi yang cukup kepada masyarakat.

"Oleh karena itu, sangat penting membangun komunikasi yang kontinyu dan kredibel dengan pasar (market)," kata dia.

Sebagai contoh, jika ada kenaikan harga BBM dan LPG, maka penting untuk menjaga dampak lanjutan dari kenaikan harga tersebut kepada kenaikan ongkos transportasi.

Menurut Donny, umumnya angkutan dalam kota dan angkutan antar kota yang paling tinggi melakukan penyesuaian harga setiap ada kenaikan harga BBM. Hal ini bisa berakibat harga barang lainnya termasuk pangan juga akan naik karena ongkos transportasi yang ikut naik atau menjadi mahal.

"Oleh karena itu pemerintah daerah dan instansi terkait perlu membatasi maksimal kenaikan ongkos angkutan," tandas dia.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) juga memperkirakan inflasi Juni bakal naik. Kepala Perwakilan BI Provinsi DKI Jakarta, Doni P Joewono mengungkapkan, ‎prediksi ini dengan memerhatikan pola pergerakan harga dan kebijakan pemerintah di bidang harga. ‎ "Pergerakan harga-harga akan memicu peningkatan inflasi Juni 2017," kata dia di Jakarta, Sabtu (3/6/2017).

Menurut Doni, konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan dan jasa transportasi akan mengalami puncaknya pada bulan tersebut. Ini seiring kian dekatnya perayaan Hari Raya Idul Fitri yang dimanfaatkan untuk berlibur dan melakukan aktivitas mudik.

Doni melanjutkan, tekanan inflasi akan bertambah dengan adanya dampak lanjutan dari penyesuaian subsidi listrik 900 Volt Amper (VA) tahap III, yang dilakukan pada Mei 2017 pada pelanggan pascabayar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya