Harga Emas Menguat Imbas Ketidakpastian Politik AS

Penguatan harga emas ditahan pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen soal kenaikan suku bunga secara bertahap.

oleh Agustina Melani diperbarui 13 Jul 2017, 06:45 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2017, 06:45 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, New York - Harga emas mencatatkan kenaikan seiring ketidakpastian politik di Amerika Serikat (AS). Selain itu, pasar juga dipengaruhi testimoni pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen soal kenaikan suku bunga secara bertahap.

Harga emas untuk pengiriman Agustus naik US$ 4,4 atau 0,4 persen menjadi US$ 1.2910,10 per ounce.

Analis memperkirakan, penguatan harga emas didorong adanya gejolak di gedung putih. Hal ini usai rilis email Donald Trump Jr terkait pertemuan dengan pengacara Rusia pada tahun lalu.

Adanya gejolak itu dinilai juga memangkas peluang kebijakan pajak dan infrastruktur untuk meningkatkan ekonomi yang sebelumnya dijanjikan pemerintah.

"Berita Trump adalah satu-satunya faktor mendukung harga emas," ujar Chintan Karnani, Analis Insignia Consultans seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (13/7/2017).

Ia menuturkan, kenaikan harga emas juga mendorong secara teknikal tidak jatuh di bawah kisaran US$ 1.200. Sebelumnya harga emas sempat turun usai pernyataan Yellen. Namun harga emas menguat.

"Saya perkirakan kenaikan suku bunga pada Oktober jika data tenaga kerja AS laju pertumbuhannya bertahan seperti sekarang," ujar Karnani.

Dalam pidatonya di Capitol Hill, the Federal Reserve terus berharap perubahan ekonomi akan menjamin kenaikan suku bunga secara bertahap. Sentimen itu juga dorong indeks dolar AS naik 0,1 persen.

Adapun kenaikan suku bunga menurunkan harga emas seiring pelaku pasar akan mengalihkan aset investasi ke saham. Tingkat suku bunga yang tinggi juga dapat meningkatkan nilai dolar AS. Ini berlawanan dengan harga emas.

The Federal Reserve diperkirakan menaikkan setidak sekali lagi suku bunga pada 2017. Selain itu the Federal Reserve juga akan mengurangi neraca senilai US$ 4,5 triliun.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya