Liputan6.com, New York - Harga emas melemah untuk sesi ketiga berturut-turut ke level terendah dalam sepekan. Akan tetapi, harga emas menguat di perdagangan elektronik seiring dolar AS setelah pernyataan kebijakan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
The Federal Reserve tetap mempertahankan suku bunga. Ini seperti yang diharapkan pelaku pasar. Selain itu, the Federal Reserve juga akan mulai mengurangi neraca senilai US$ 4,5 triliun secepatnya. Pejabat bank sentral AS tampaknya kompak untuk menjual sebagian portofolio di surat berharga AS dan hipotek.
Menjelang berita the Federal Reserve, harga emas untuk pengiriman Agustus turun US$ 2,7 atau 0,2 persen ke level US$ 1.249,40 per ounce. Ini level terendah sejak 20 Juli 2017. Tak lama setelah pernyataan the Fed, harga emas naik menjadi US$ 1.254,80 er ounce dalam perdagangan elektronik.
Advertisement
Baca Juga
"Emas berusaha menguat usai keputusan the Federal Reserve tidak menaikkan suku bunga. Keputusan the Fed yang akan berlanjut itu berdampak untuk harga emas. Kini investor pun bertanya-tanya kapan the Federal Reserve akan kembali naikkan suku bunga," ujar Adam Koos, Presiden Direktur Libertas Wealth Management, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (27/7/2017).
Adapun tingkat suku bunga lebih tinggi membuat dolar AS menguat Sentimen itu dapat menekan harga emas.
"Sementara the Fed tampaknya akan menaikkan suku bunga "relatif segera" yang bisa jauh lebih lama dari perkiraan. Mengingat tingkat suku bunga rendah sejak 2009," ujar Koos.
Indeks dolar AS naik tipis 0,1 persen pun membuat harga emas tertekan."Berdasarkan reaksi pasar di awal, pelaku pasar melihat pernyataan the Federal Reserve dovish sehingga mendukung logam mulia. Namun kepercayaan pada dolar AS membuat ada aksi jual dalam jangka pendek," ujar Peter Spina, CEO GoldSeek.com.
Ia menuturkan, harga emas memiliki tantangan bergerak menuju US$ 1.300 dalam jangka pendek. Sentimen the Federal Reserve yang akan melambat menaikkan suku bunga berdampak ke harga emas. "Pelaku pasar juga ingin melihat seberapa banyak mengurangi aset neraca bank sentral AS," ujar dia.
Saksikan Video Menarik di Bawah Ini: