2 Pemuda Papua Raih Mimpi Jadi Pilot Pesawat

Perjalanan kedua pemuda ini untuk menjadi pilot dimulai sejak 2013, ketika mereka lolos seleksi program beasiswa khusus.

oleh Nurmayanti diperbarui 04 Agu 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 20:24 WIB
Herman Zonggonau dari suku Moni dan Amianus Wamang dari suku Damal memenuhi mimpinya menjadi seorang pilot.
Herman Zonggonau dari suku Moni dan Amianus Wamang dari suku Damal memenuhi mimpinya menjadi seorang pilot.

Liputan6.com, Jakarta Mimpi milik semua orang. Seperti dua pemuda asli Papua, Herman Zonggonau dari suku Moni dan Amianus Wamang dari suku Damal yang berhasil memenuhi mimpinya menjadi seorang pilot.

Ini setelah pada 21 Juli, mereka dinyatakan lulus dan diwisuda Genesa Flight Academy. Perjalanan kedua pemuda ini dimulai sejak 2013, ketika mereka lolos seleksi program beasiswa khusus Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK).

Sebelum memasuki masa studi, peserta program mendapatkan bimbingan dari Yayasan Bina Teruna Bumi Cendrawasih (Binterbusih), sebagai mitra Biro Pendidikan LPMAK. 

Herman dan Amianus kemudian menempuh studi selama 3 tahun di GenesaFlightAcademy. “Saya berjuang mengejar mimpi dengan dukungan berbagai pihak. Saya lahir dari keluarga yang sederhana, mimpi saya ini menjadi sesuatu yang mustahil untuk tercapai. Biaya pendidikan sekolah penerbangan mencapai Rp 1 miliar, belum ditambah dengan training-training keahlian khusus untuk penambahan rating,” kata Herman, Jumat (4/8/2017).

Luasnya wilayah Papua, provinsi paling Timur Indonesia yang mencapai hampir 21 persen dari luas wilayah Indonesia, dan dengan kondisi alam yang unik, menjadi tantangan tersendiri bagi masyarakat dan pemerintah.

Berjalan kaki puluhan kilometer bagi masyarakat pedalaman untuk mencapai pusat kota menjadi pemandangan sehari-hari.

Banyak pemuda Papua pun bermimpi menjadi penerbang atau pilot untuk membawanya keluar dari keterpencilan, melihat dunia lain dan mengejar ketertinggalan. Herman Zonggonau dari suku Moni dan Amianus Wamang termasuk di dalamnya.

“Beasiswa adalah kesempatan bukan hak, paradigma ini dibangun untuk mendorong mentalitas anak-anak dari tujuh suku untuk bersaing dan meraih peluang. Ada empat komitmen pendampingan yang diterapkan, diantaranya, membangun iman yang teguh, karakter yang kuat, pengetahuan yang memadai dan skill,” ujar Ketua Yayasan BinterbusihPaulSudiyo dalam keterangannya.

 Paul mengungkapkan, tantangan terbesar adalah dalam memberikan motivasi dan bimbingan bagi para pemuda Papua, untuk menjadikan mereka pribadi yang disiplin, bertanggung-jawab dan berkomitmen untuk menyelesaikan studi. 

Kini Herman dan Amianus dapat mencapai mimpinya sejak kecil, yang terinsipirasi  dari melihat saudara-saudaranya di wilayah pegunungan, yang harus memikul hasil kebun melewati lembah dan sungai besar. Keduanya pun ikut meramaikan dunia penerbangan, khususnya di Papua. 

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya