The Fed dan Aksi Korea Utara Bayangi Harga Emas

Sejumlah sentimen bayangi harga emas sepekan antara lain Korea Utara, pembahasan batas utang AS, kebijakan the Federal Reserve.

oleh Agustina Melani diperbarui 04 Sep 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2017, 07:00 WIB
20151109-Ilustrasi-Logam-Mulia
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas berpotensi menguat selama sepekan. Akan tetapi, pergerakan harga emas masuk area jenuh beli dapat mendorong harga emas tertekan meski terbatas.

Analis melihat harga emas ditransaksikan di atas US$ 1.300 pada pekan lalu dapat mendorong harga emas kembali menguat. Namun, harga emas masuk area jenuh beli sehingga diperkirakan ada tekanan. Namun terbatas lantaran dipengaruhi sejumlah sentimen.

"Risiko politik baik Korea Utara dan limit utang Amerika Serikat serta data tenaga kerja sektor non pertanian membuat dolar Amerika Serikat masih tertekan," ujar Chief Market Strategist CMC Markets Colin Cieszynski, seperti dikutip dari laman Kitco, Senin (4/9/2017).

Ia menuturkan, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.300-US$ 1.330 dalam jangka pendek. "Ada potensi reli, tapi secara teknikal sudah jenuh beli," ujar dia.

Pada pekan ini selain isu politik, kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve menjadi fokus pasar. Hal ini mengingat usai data tenaga kerja non pertanian hanya bertambah 156 ribu pada Agustus dari perkiraan ekonom sekitar 180 ribu. Angka pengangguran juga naik menjadi 4,4 persen. Selain itu, pertumbuhan upah juga stagnan.

Merespons data ekonomi tersebut, harga emas pun naik ke level tertinggi dalam 11 bulan di kisaran US$ 1.334. Kemudian harga emas ditransaksikan di kisaran US$ 1.329,40 pada Jumat waktu setempat.

Ekonom CIBC Capital Markets Avery Shenfeld menuturkan, the Federal Reserve perlu melihat data inflasi naik sebelum melanjutkan kenaikan suku bunga. Namun data upah Agustus belum dapat berkontribusi.

Hal senada dikatakan Bart Melek, Kepala Riset TD Securities. Ia melihat bank sentral AS belum akan kembali menaikkan suku bunga hingga akhir tahun. "Bank sentral AS tampaknya tidak agresif apalagi usai data ekonomi di bawah harapan," kata dia.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

Harga Emas Bakal Bertahan di Level US$ 1.300

Kepala Riset London Capital Group LCG Jasper Lawler menuturkan, data tenaga kerja AS merupakan faktor utama untuk pergerakan harga emas pada pekan ini. Selain itu, faktor penting yang dicermati pasar yaitu dampak Badai Harvey. Ini juga dapat membuat pelonggaran kebijakan moneter.

"Dampak Badai Harvey akan membuat banyak penduduk kehilangan pekerjaan di Texas dan aktivitas data ekonomi. The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada Desember tetapi kita dapat data jelek. Pasar akan revisi harapan kenaikan suku bunga," tambah dia.

Cieszynski menambahkan, pasar juga akan fokus terhadap anggaran pemerintah dan dampak Badai Harvey. "Badai Harvey berdampak ke pembicaraan anggaran. Bencana alam dapat memecahkan perdebatan batas utang," ujar dia.

Selain itu, sejumlah pejabat the Federal Reserve juga akan memberikan pernyataan. Menurut Cieszynski, pernyataan pejabat the Federal Reserve akan pengaruhi dolar AS dan harga emas.

Sedangkan data ekonomi AS yang menjadi perhatian yaitu indeks PMI Services dan ISM non manufaktur.

Analis prediksi harga emas tidak akan turun di bawah US$ 1.300 pada pekan ini. Harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.300-US$1.330.

"Jika harga emas tidak dapat ditutup di kisaran US$ 1.325 pada pekan ini, diharapkan level support di kisaran US$ 1.308. Level US$ 1.300 merupakan level penting," ujar Lawler.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya