3 Fokus RI Bahas Kerja Sama Ekonomi dengan Australia

Indonesia dan Australia kembali melanjutkan perundingan kerja sama bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan atau IA-CEPA.

oleh Septian Deny diperbarui 02 Okt 2017, 12:16 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2017, 12:16 WIB
Skema Imbal Beli Sukhoi SU-35
Mendag Enggartiasto Lukita memberikan ketererangan saat konferensi pers di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (22/8). Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk membeli Pesawat SU-35 dari Rusia dengan nilai USD 1,14 Miliar. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan Australia kembali melanjutkan perundingan kerja sama bilateral di bidang ekonomi dan perdagangan atau dikenal Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Perundingan yang digelar di Jakarta pada hari ini telah memasuki putaran ke-9.

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, saat ini perwakilan, baik dari Indonesia maupun Australia masih terus membahas peluang-peluang kerja sama. Pembahasan ini dimaksudkan agar saat disepakati nanti, perjanjian tersebut membawa keuntungan bagi kedua negara.

"Kalau ditanya lama, karena masing-masing negara punya kepentingannya. Nah, menjembatani dan selalu menghitung. Kalau kita beri ini apa benefit-nya, apa kerugian, kita minta ini dari sisi mereka juga sama perhitungannya. Jadi itu kemudian kita harus ambil kesimpulan, yang pada dasarnya win-win," ujar dia di Hotel JW Marriot, Jakarta, Senin (2/10/2017).

Dia menuturkan, ada tiga hal yang menjadi fokus pemerintah Indonesia dalam negosiasi kali ini, yaitu soal pariwisata, infrastruktur dan pendidikan vokasi. Untuk pendidikan vokasi, Indonesia berharap Australia bisa memberikan pelatihan di sektor peternakan kepada para peternak lokal.

"Yang pasti-pasti kebutuhan kita mengenai tourism masalah infrastruktur, antara seperti itu. Tetapi CEPA ini tidak membatasi hal itu‎. Kalau vocational mungkin, di peternakan, mereka punya kelebihannya," kata dia.

Sebenarnya, lanjut Enggar, pemerintah Australia juga berminat untuk berinvestasi dalam bidang pendidikan di Indonesia, khususnya dengan membangun perguruan tinggi. Namun, hal tersebut belum bisa dilakukan karena terganjar Undang-Undang (UU) di Indonesia.

"Mereka sebenarnya memintanya secara lebih jauh, tapi itu melanggar UU, saya bikin di sini. Di satu sisi sebenarnya kita tidak menutup diri berapa banyak mahasiswa kita yang sekolah di sana, berapa devisa kita yang keluar. Mereka bilang kan you enggak usah keluar devisa, ini investasi saya. Tapi kita tidak bisa begitu saja mereka 100 persen melakukan itu. Ini hal-hal yang melanggar UU tidak mungkin kita lakukan sekarang," jelas dia.

Saksikan Video Pilihan di Pilihan di Bawah Ini:

 

Selanjutnya

Selain itu, Australia juga meminta Indonesia untuk membuka pasar bagi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Negeri Kanguru tersebut. Namun, hal tersebut juga belum bisa dikabulkan oleh Indonesia.

"Contohnya, kalau mereka meminta market akses Small-Medium Enterprise masuk ke sini, kita enggak sanggup, seperti mereka buka semua mana mungkin kita sama, soalnya mereka lebih advanced," ungkap dia.

Namun demikian, Enggar berharap perundingan kerja sama tersebut bisa selesai pada tahun ini. Dengan demikian, diharapkan bisa meningkatkan perdagangan Indonesia ke Australia.

"Dengan ‎arena itu target yang disepakati oleh kedua pemimpin negara menugaskan kepada kami untuk upayakan agar diselesaikan dalam tahun ini. Dan dengan IA-CEPA ini kita mengharapkan perkembangan ekonomi kita lebih baik lagi, karena sekali lagi kita tidak boleh menutup diri perdagangan antar di dunia ini," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya