Ilham Habibie Angkat Bicara soal Donasi Pesawat R-80

Masyarakat bisa berpartipasi dalam membangun pesawat dalam negeri yakni R-80 melalui penggalangan dana di Kitabisa.com.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Okt 2017, 11:15 WIB
Diterbitkan 11 Okt 2017, 11:15 WIB
Miniatur Pesawat R80
Miniatur Pesawat R80 (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Masyarakat bisa berpartipasi dalam membangun pesawat dalam negeri yakni R-80. Lantaran, PT Regio Aviasi Industri (RAI) menggagas penggalangan dana melalui Kitabisa.com.

Komisaris PT Regio Aviasi Industri (RAI) Ilham Habibie mengatakan, penggalangan dana ini sejatinya bukan semata-mata untuk membangun pesawat R-80. Namun, untuk mencari dukungan untuk membangun pesawat tersebut.

"Buat kami crowdfunding lebih untuk menunjukkan kepada siapapun bahwasanya rakyat mendukung. Namanya donasi, buka investasi," kata dia saat berkunjung di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Ilham tak mengetahui posisi terakhir dana yang terkumpul. Namun, antusias masyarakat sangat besar.

"Crowdfunding donasi, jadi terus terang enggak tahu status terakhirnya tapi dalam seminggu kita sudah mengumpulkan Rp 1,3 miliar. Cepat sekali," ujar dia.

Ilham menuturkan, meski dana yang terkumpul relatif besar tapi tak akan cukup untuk menutup biaya pembangunan pesawat yang sangat besar. Menurut Ilham, biaya yang dibutuhkan untuk membangun pesawat di atas US$ 1 miliar.

"US$ 1 miliar ke atas, di antara US$ 1,1 miliar-1,5 miliar," ujar dia.

Di Amerika Serikat (AS) saja, kata Ilham Habibie, penggalangan dana belum pernah mencapai US$ 100 juta.

"Crowdfunding bukan untuk kebutuhan, ada kebutuhan tentunya, tidak akan mungkin bisa mengumpulkan US$ 1 miliar dengan crowdfunding. Dengan crowdfunding di dunia, di AS bisa puluhan juta dolar tapi lebih US$ 100 juta belum pernah ada. Itu di AS di mana peraturannya lebih progresif, ekonomi lebih kaya jadi partisipasinya lebih substansial," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Cari Dana Bangun Pesawat R80, Habibie Ajak Warganet Patungan

Pengembangan pesawat jarak menengah sudah masuk dalam deretan usulan Proyek Strategis Nasional (PSN). Dengan biaya investasi sebesar Rp 22 triliun, pemerintah berharap bisa membantu pembuatan pesawat R80 dan N245 yang merupakan karya dari Presiden RI ketiga, BJ Habibie.

Meski demikian, besarnya dana yang dibutuhkan membuat perusahaan yang menaungi pembuatan pesawat ini mencari cara lain demi mendapat tambahan dana. Salah satunya dengan patungan publik atau yang lebih dikenal dengan istilah crowdfunding.

Melansir situs kitabisa.com, Rabu 27 September 2017, pesawat R80 ini disponsori oleh Regio Aviasi Industri (RAI) dan digarap oleh PT Dirgantara Indonesia. Di laman ini, RAI menawarkan donasi mulai dari Rp 100 ribu untuk pesawat yang telah masuk ke Program Strategis Nasional sejak Juni 2017.

Perusahaan ini menggalang dana dari publik karena biaya pembuatan prototype pesawat ini lebih dari Rp 200 miliar, sementara keseluruhan biaya pengembangan usaha mencapai Rp 20 triliun.

Dana yang dibutuhkan ini tak hanya bertumpu pada penggalangan dana publik, tetapi juga investasi bank dan pendanaan dari pemerintah.

"Crowdfunding nilai utamanya bukan di jumlah donasi, tetapi juga bukti dukungan atas kebangkitan teknologi Indonesia," tulis RAI.

Hingga berita diturunkan pada Rabu 27 September 2017, uang patungan publik yang berhasil dikumpulkan dari kampanye ini mencapai Rp 428 juta. Uang tersebut didapat dari 1.466 donatur yang telah menyumbang.

Salah seorang penyumbang bernama Eka Rahardja berharap uang yang terkumpul bisa dimanfaatkan dengan baik untuk mengembangkan pesawat karya anak Indonesia.

"Saya doakan diberi kemudahan dan kelancaran untuk terwujudnya cita-cita yang mulia ini," tulisnya.

Regio Aviasi Industri (RAI), perusahaan yang bergerak di bidang perancangan, pengembangan, dan manufaktur pesawat terbang, didirikan oleh Presiden RI ke 3 BJ Habibie bersama putra sulungnya Ilham Akbar Habibie.

RAI khusus mengembangkan pesawat udara R80, untuk menjawab kebutuhan angkutan udara regional di Indonesia dan pasar internasional.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya