Saatnya Perusahaan Ubah Metode Rekrutmen Karyawan

Perusahaan melalui divisi HRD juga harus berani mengambil risiko untuk merekrut orang di luar bidangnya.

oleh Zulfi Suhendra diperbarui 10 Nov 2017, 15:30 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2017, 15:30 WIB
(Foto:Liputan6.com/Zulfi Suhendra)
Chief Talent Officer for The Asia Pacific Region, MediaCom Sonia Fernandes

Liputan6.com, Nusa Dua - Perusahaan kini harus sudah mengubah pola perekrutan karyawan. Perusahaan melalui divisi human resource and development (HRD) harus berani mengambil risiko untuk merekrut orang di luar bidangnya.

Chief Talent Officer for The Asia Pacific Region, MediaCom Sonia Fernandes mengatakan, perusahaan harus mau mencari metode-metode baru dalam mencari pekerja. Perusahaan, lanjutnya butuh orang yang bisa berpikir di luar hal yang biasa.

"Memang berisiko untuk merekrut seseorang bukan dari industri kita. Tapi terkadang kesuksesan itu datang dari sebuah risiko yang diambil," tutur Sonia di acara AdAsia 2017, di Nusa Dua Convention Center, Bali, Jumat (10/11/2017).

Ia menuturkan, Google pun melakukan itu dengan merekrut tak hanya orang-orang yang ahli di bidang yang berkaitan dengan lini bisnis Google. "Google juga punya tim yang tugasnya me-review kandidat yang dulu pernah ditolak. Kalau-kalau ada yang terlewatkan," tambahnya.

Dia juga mengatakan, tak banyak perusahaan yang berinvestasi besar pada divisi human resource. Padahal, hal tersebut sangat penting. HR juga menurut dia tak hanya bertugas untuk mencari pekerja yang kompeten, tapi juga menjaga mereka agar tak keluar meninggalkan perusahaan.

"Poin saya di sini adalah, perusahaan yang sangat sukses adalah mereka yang menganggap rekrutmen itu adalah hal yang sangat serius," jelas dia.

Sonia juga kembali menegaskan, perusahaan-perusahaan besar di dunia pun kini memiliki metode rekrutmen yang berbeda-beda. "Sudah cukup dengan metode subjek. Orang brilian bisa ada di mana saja," kata dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

1.200 Pakar dan Praktisi Industri Periklanan Hadiri AdAsia 2017

Sebelumnya sebanyak 1.200 pakar yang bergerak di bidang industri periklanan akan berkumpul di Nusa Dua, Bali. Mereka akan menghadiri kongres periklanan terbesar se-Asia, AdAsia 2017.

Chairman Commitee AdAsia, Harris Thajeb mengatakan, Indonesia menjadi tuan rumah AdAsia untuk kedua kalinya yang dilakukan tahun ini. Sebelumnya Indonesia menjadi tuan rumah pada 1995. Di tahun ini, lebih dari 30 pembicara kelas dunia akan berbagi pengalaman di bidang industri periklanan.

"Selain itu juga akan ada 1.200 delegasi dari 60 negara yang menghadiri AdAsia 2017," kata Harris di Bali Nusa Dua Convention Center, Rabu 8 November 2017.

Harris mengatakan, potensi industri periklanan di Asia saat ini masih sangat besar. Itu sebabnya acara ini bisa digunakan untuk membangun jaringan dan bertukar pikiran untuk menggali potensi tersebut.

"Kami harap acara ini bisa meningkatkan pemahaman lebih baik lagi dan menjadi wadah networking bagi semua pengunjung dan pembicara," tambahnya.

Sementara itu, di tempat yang sama Kepala Hubungan Internasional Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia Maya Watono mengatakan, gelaran yang dilangsungkan 3 hari mulai 8-11 November 2017 ini akan menyuguhkan konten yang menari karena diisi oleh pembicara dan peserta yang kompeten di bidangnya.

"Jadi, harapan kami di AdAsia 2017 Indonesia bisa memberikan line up program terbaik yang tak bisa dilupakan dalam 20 tahun ke depan. Kami juga punya 6 networking event, dan semoga setelah ini kami bisa menjaga hubungan sesama pelaku industri periklanan di seluruh Asia. Kami ingin memperlihatkan inovasi dan kreativitas industri periklanan di Indonesia," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya