Liputan6.com, New York - Harga minyak naik lebih dari 2 persen, setelah jatuh selama lima sesi berturut-turut seiring penghentian operasi pipa minyak di Amerika Serikat (AS) dan langkah OPEC yang kembali bersepakat untuk memperpanjang pembatasan produksi.
Melansir laman Reuters, Sabtu (18/11/2017), harga minyak mentah Brent naik US$ 1,36, atau 2,2 persen menjadi US$ 62,72 per barel.
Baca Juga
Sementara minyal mentah AS West Texas Intermediate (WTI) berakhir turun US$ 1,41, atau 2,6 persen, ke posisi US$ 56,55 per barel.
Advertisement
Secara mingguan, harga minyak Brent turun 1,3 persen dan WTI turun 0,3 persen.
Harga minyak sempat turun pada minggu pertama di enam negara, tertekan kenaikan data output AS dan keraguan bahwa Rusia akan mendukung perpanjangan kesepakatan pengurangan produksi OPEC.
Harga kembali rebound setelah muncul komentar Menteri Energi Arab Saudi. "Jelas, komentar tersebut memberi kami sebuah jaminan bahwa ekspansi tetap berlanjut," kata Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.
Produksi Minyak AS
Diketahui, TransCanada Corp (TRP.TO), di Dakota Selatan, yang memproduksi 590 ribu barel minyak per hari (bpd) ditutup karena kebocoran pada hari Kamis.
Pedagang mengatakan penutupan akan menambah sentimen bullish karena minyak yang masuk ke Cushing, Oklahoma, titik pengiriman kontrak WTI menjadi lebih sedikit.
Badan Energi Internasional juga mengatakan bahwa Amerika Serikat akan menyumbang 80 persen dari kenaikan produksi minyak global selama dekade berikutnya.
"Pelaku pasar mengamati dengan seksama kenaikan produksi minyak di AS, yang akan tetap menjadi faktor bearish utama," kata Abhishek Kumar, Analis Energi Senior di Global Gas Analytics Interfax Energy di London.
Tanda-tanda meningkatnya pasokan output dari AS, telah mengurangi dampak pemotongan output oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan beberapa produsen lainnya.
Advertisement