Rupiah Tak Mampu Menguat meskipun Dolar AS Tertekan di Asia

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.324 per dolar AS hingga 13.340 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 22 Jan 2018, 11:26 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2018, 11:26 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah tipis pada perdagangan Senin pekan ini. Pelaku pasar lebih memilih untuk menahan transaksi dan melihat dampak dari penutupan operasional pemerintahan AS.

Mengutip Bloomberg, Senin (22/1/2018), rupiah dibuka di angka 13.328 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.316 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.324 per dolar AS hingga 13.340 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah menguat 1,62 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jidsor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.334 per dolar AS, melemah tipis jika dibandingkan dengan patokan Jumat lalu yang ada di angka 13.331 per dolar AS.

Sebenarnya dolar AS melemah di kawasan Asia. Pelemahan ini akibat penutupan pemerintah AS. Namun memang, pelemahan tersebut tidak dalam karena investor lebih memilih menunggu dan melihat perkembangan di Washington.

Penghentian operasional pemerintahan tersebut mulai pada Jumat setelah kedua partai, yaitu Demokrat dan Republik, tidak ada kata sepakat dalam pembicaraan masalah pendanaan kemimigrasian.

Pemerintah negara adidaya ini harus berhenti beroperasi pada Jumat, 19 Januari 2018. Pemberhentian operasi pemerintah (government shutdown) memang bukanlah hal pertama yang terjadi di AS. Akan tetapi, hal yang terjadi ini tentu akan berimbas besar, terutama dalam bidang ekonomi.

"Pelemahan dolar AS terbatas karena negosiasi masuk ke hari Jumat dan pasar memilih untuk melihat sejauh mana arahnya," ujar analis Barclays, Tokyo, Shin Kadota.

"Jika penutupan ini akan berlangsung lama, maka perlu dilihat lebih dalam dampaknya terhadap perekonoman AS," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Gerak Rupiah Sepanjang 2017

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia (BI) menyebutkan nilai tukar rupiah secara rata-rata harian relatif stabil dengan mencatat depresiasi tipis sebesar 0,60 persen ke posisi Rp 13.385 per dolar AS di 2017.

Pergerakan rupiah yang stabil tersebut didukung aliran modal asing ke Indonesia yang cukup signifikan sejalan dengan perkembangan eksternal dan domestik yang positif.

Di sisi eksternal, kondisi pasar keuangan global yang relatif kondusif telah mendorong aliran modal asing ke negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Sementara di sisi domestik, sentimen positif kenaikan credit rating Indonesia, inflasi yang terjaga, dan tingkat imbal hasil penanaman aset keuangan domestik yang kompetitif merupakan faktor yang memengaruhi aliran modal asing ke Indonesia," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter, Dody Budi Waluyo, di Bank Indonesia, Kamis (18/1/2018).

 

Sempat Mengalami Tekanan

Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Namun demikian, rupiah sempat mengalami tekanan seiring dengan normalisasi kebijakan moneter, meningkatnya ekspektasi kenaikan suku bunga, dan rencana reformasi pajak di AS.

Pada Desember 2017, rupiah secara rata-rata harian bergerak relatif stabil atau hanya melemah 0,24 persen (mtm), terutama dipengaruhi oleh faktor musiman di pasar keuangan domestik, yaitu meningkatnya permintaan valas oleh residen untuk keperluan pembayaran ULN dan impor serta adanya realisasi keuntungan oleh investor nonresiden.

"Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai risiko ketidakpastian keuangan global dan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai fundamental dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar," ujar Dody.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya