Harga Minyak Turun Tertekan Dolar dan Kenaikan Produksi di AS

Selama ini penjualan minyak dihargai dalam mata uang AS.

oleh Nurmayanti diperbarui 30 Jan 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2018, 06:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak
Ilustrasi Harga Minyak

Liputan6.com, New York - Harga minyak mentah dunia turun 1,5 persen tertekan penguatan dolar dan kenaikan output minyak mentah Amerika Serikat (AS). Namun harga ini tetap berada di jalur kenaikan terbesar di bulan Januari dalam lima tahun.

Melansir laman Reuters, Selasa (30/1/2018), harga minyak mentah Brent LCOc1 turun US$ 1,05 menjadi US$ 69,45 per barel. Sementara minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) CLc1 melemah UUS$ 1 menjadi US$ 65,14 per barel.

Brent telah meningkat 6,3 persen sepanjang bulan ini, memimpin kenaikan terbesar Januari sejak 2013.

"Tampaknya ada sedikit aksi profit taking hari ini karena pasar saham melemah," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures Group di Chicago.

Harga minyak telah terdukung pelemahan Dolar AS yang terjadi berturut-turut dalam enam pekan. Greenback telah turun 3 persen pada bulan ini.

Selama ini penjualan minyak dihargai dalam mata uang AS. Dolar yang jatuh bisa meningkatkan permintaan minyak mentah dari pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Adapun indeks dolar berada di bawah US$ 90 sejak 24 Januari. Namun, mata uang tersebut telah pulih hampir 0,5 persen sejak Jumat ke posisi US$ 89,59, yang telah menekan harga minyak mentah.

"Setelah enam minggu saldo kerugian tak terelakkan. Kini Dolar telah benar-benar pulih akhir-akhir ini dimana indeks dolar di bawah US$ 90 telah menopang harga minyak, "kata John Kilduff, Partner Again Capital LLC di New York.

Konsumsi minyak melonjak akibat pertumbuhan ekonomi di negara utama. Sementara OPEC dan sekutu-sekutunya telah membuat komitmen berulang untuk membatasi produksi minyak mentah mereka.

Pada hari Senin, Menteri perminyakan Irak mengatakan di London bahwa pasar minyak membaik, dan bahwa negara tersebut akan mematuhi pengurangan produksi OPEC meskipun ia mencoba untuk meningkatkan kapasitas ekspor minyaknya.

Sedikit mengimbangi penurunan minyak yang dipimpin OPEC seiring peningkatan produksi minyak di Amerika Utara.

"Kami percaya bahwa harga minyak hari ini memproyeksikan gambaran yang terlalu baik," kata Kepala Riset Makro dan Komoditas Julius Baer, ​​Norbert Ruecker.

Perusahaan energi AS tercatat telah menambahkan 12 rig pengeboran sebagai langkah produksi baru dalam minggu ini sampai 26 Januari. Jumlah keseluruhan rig menjadi 759, menurut laporan Baker Hughes.

Kini, produksi minyak AS setara dengan eksportir utama OPEC yakni Arab Saudi. Hanya Rusia yang menghasilkan lebih banyak, rata-rata 10,98 juta bpd pada 2017.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Harga Minyak Sentuh Level Tertinggi dalam 3 Tahun

Harga minyak menguat ke level tertinggi dalam tiga tahun. Hal itu didorong dolar Amerika Serikat (AS) kembali tertekan.

Harga minyak Brent menguat 28 sen ke posisi US$ 70,70 per barel pada pukul 1.30 waktu New York. Pada perdagangan Kamis, harga minyak sentuh level tertinggi sejak 2014 di kisaran US$ 71,28.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 66 sen atau hampir satu persen ke posisi US$ 66,16 per barel.

"Salah satu hal jadi pertanyaan apakah reli harga minyak dapat stabil," ujar Brian LaRose, Analis United-ICAP, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (27/1/2018).

Harga minyak acuan mencatatkan penguatan selama sepekan. =Dolar AS melemah menjadi katalis positif untuk harga minyak. Dolar AS sentuh level terendah terhadap mata uang utama lainnya pada pekan ini.

Harga minyak Brent naik tiga persen pada pekan ini. Sedangkan harga minyak Brent naik empat persen.

"Dolar AS melemah mendorong harga minyak menguat," ujar John Kilduff, Partner Again Capital LLC.

Harga minyak ditransaksikan dengan dolar AS. Pergerakan dolar AS dapat pengaruhi permintaan minyak mengingat dampak bagi pelaku pasar yang memegang mata uang lainnya.

Namun harga minyak juga dibayangi permintaan melemah. Banyak penyulingan ditutup setelah musim dingin untuk perawatan sehingga menurunkan pesanan minyak mentah. Hal ini mencerminkan persediaan minyak

Dari sisi persediaan, produksi minyak diperkirakan mencapai 10 juta barel per hari. Ini menempatkannya setara dengan produksi minyak Arab Saudi.

Pengebor minyak AS menambahkan 12 rig pada pekan ini. Kenaikan itu terbesar secara mingguan. "Aktivitas rig AS tidak mendorong harga minyak terlalu banyak. Benar-benar merupakan reaksi yang diredam pada awalnya," ujar John Macaluso, Analis Tyche Capital Advisors.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya