Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan bahwa impor beras sebanyak 500 ribu ton yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan sengaja dilakukan untuk menjaga stok di gudang Bulog.
"Itu untuk cadangan Bulog, masuk ke gudang Bulog, masuk ke stok," kata Jokowi usai meninjau program padat karya tunai di Gemba Waimital, Seram Bagian Barat, Maluku, Rabu (14/2/2018).
Baca Juga
Menurut Jokowi, stok beras di gudang Bulog saat ini masih kurang. Oleh sebab itu, impor beras tersebut sengaja dilakukan untuk mengembalikan cadangan beras Bulog yang semakin menipis.
Advertisement
"Karena memang stok di Bulog kurang," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sebelumnya, sebanyak 60 ribu ton beras asal Thailand telah masuk pada Selasa 13 Februari 2018 kemarin. Beras impor tersebut masuk ke Indonesia melalui tiga pelabuhan.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Siti Kuwati mengatakan, 10 ribu ton masuk ke Pelabuhan Lampung, 20 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak, dan 30 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
"Kemarin Vietnam 57 ribu ton. Jadwal hari ini Thailand," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa 13 Februari 2018.
Dari jumlah tersebut, 6 ribu ton masuk melalui Pelabuhan Merak, 41 ribu ton melalui Pelabuhan Tanjung Priok, dan 10 ribu ton melalui Pelauhan Tenau, Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Sandar Minggu di Merak 6 ribu ton, Tanjung Priok 41 ribu ton dan Tenau NTT 10 ribu ton. Semua dari Vietnam," ujar dia.
Siti mengungkapkan, beras-beras tersebut tidak akan langsung digelontorkan ke pasaran melalui operasi pasar, melainkan akan dijadikan cadangan beras Bulog dan baru akan didistribusikan bila diperlukan.
"Disimpan sebagai stok," kata dia.
BI: Impor Beras Bisa Jaga Inflasi Januari 2018
Bank Indonesia (BI) memperingatkan pengaruh kenaikan harga beras di pasar mampu menjadi penggerak inflasi pada Januari 2018. Untuk itu, pemerintah diminta untuk segera mengambil langkah supaya inflasi bisa dikendalikan.
Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Budi Waluyo menjabarkan setidaknya ada dua penggerak utama untuk laju inflasi pada bulan pertama di 2018 ini, selain beras juga komoditas holtikultura.
"Dua hal itu perlu diwaspadai. Hingga minggu ke dua bulan ini year on year-nya 3,20 persen inflasi," kata Dody di Bank Indonesia, Kamis (18/1/2018).
Untuk itu, faktor ketersediaan stok dan kelancaran distribusi menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat. Karena beras menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat, sehingga kenaikan harga beras sangat berdampak kepada laju inflasi.
Di sisi lain, Dody mengapresiasi upaya pemerintah dalam membuka keran impor beras. Hal ini diharapkan mampu menjadi instrumen dalam menjaga laju inflasi pada Januari 2018.
"Kalau dilihat dari sisi produksi, kemungkinan musim panen masih akan sama dibandingkan tahun lalu. Jadi kebijakan impor akan membantu menambah pasokan demi menjaga inflasi," tambahnya.
Bank Indonesia sendiri menargetkam laju inflasi sepanjang 2018 akan terjaga di angka 2,5-4,5 persen.
Advertisement