Liputan6.com, Jakarta - Harga emas diperkirakan akan terus mengalami penguatan pada perdagangan pekan ini seiring dengan tren pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS).
Harga emas menemukan momentum baru pada pekan lalu karena nilai tukar dolar AS tidak mampu menembus angka resistance dan kemudian terdorong ke level terendah dalam tiga tahun.
Menurut beberapa analis, pelemahan dolar AS menjadi tenaga yang paling signifikan bagi harga emas. Pada penutupan pekan lalu, harga emas berjangka berada di angka US$ 1.355 per ounce, naik 3 persen jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Merupakan presentase kenaikan yang terbaik dalam dua tahun.
Advertisement
Baca Juga
"Dengan adanya ketidakpastian atau bisa disebut pelemahan nilai tukar dolar AS maka sudah pasti orang akan menyukai emas," jelas Neil Mellor, analis senior BNY Mellon, dikutip dari Kitco, Senin (19/2/2018).
Mellor melanjutkan sebenarnya ada sentimen negatif pada dolar AS setelah Kongres AS menyetujui adanya aksi pemotongan pajak perusahaan maupun pribadi.
Dengan adanya pengurangan pajak tersebut besar kemungkinan defisit anggaran pemerintah semakin besar sehingga memberikan beban kepada nilai tukar dolar AS.
"Sekarang bertambah dengan adanya ancaman inflasi naik dan ekonomi melambat," tambah dia.
Analis FXTM Jameel Ahmad melanjutkan, ke depan fokus pelaku pasar beradadi kebijakan di wilayah Eropa. Ada kemungkinan kebijakan bank sentral yang agresif sehingga berpengaruh kepada harga emas.
Namun ternyata tidak semua analis memberikan pandangan yang positif kepada harga emas. "kenaikan harga emas sudah terlalu tinggi dan kemungkinan sudah overbought," kata Colin Cieszynski, kepala analis SIA Wealth Management.
Perdagangan Pekan Lalu
Harga emas mampu bergerak positif usai dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada pekan ini. Harga emas pun naik signifikan selama sepekan.
Harga emas untuk pengiriman April menanjak 90 sen atau naik tipis 0,1 persen ke posisi US$ 1.356,30 per ounce. Harga emas sentuh level tertinggi dalam hampir tiga minggu.
Sedangkan selama sepekan, harga emas naik tiga persen.Indeks dolar AS naik terhadap enam mata uang utama lainnya. Indeks dolar AS menguat 0,7 persen ke posisi 89,20. Namun selama sepekan, dolar AS susut 1,4 persen.
Harga logam mulia sering menguat usai dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang lainnya. Ini lantaran pelaku pasar dapat beli aset itu lebih murah dengan mata uang lainnya.
Harapan the Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga sebanyak empat kali pada 2018 juta meningkat. Apalagi usai melihat data inflasi dan bank sentral Amerika Serikat (AS) juga prediksi inflasi menguat pada 2018.
"Inflasi naik dapat pengaruhi dolar AS sehingga mendorong emas kembali mendapatkan elemen pendukung," tulis Analis INTL FC Stone, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu kemarin.
Sementara itu, imbal hasil obligasi biasanya dapat mengurangi permintaan emas lantaran logam mulia tidak hasilkan imbal hasil. Imbal hasi surat berharga AS naik menjadi 2,94 dan merupakan level tertinggi.
Advertisement