Liputan6.com, Jakarta Upaya Kementerian Pertanian (Kementan) dalam mengembangkan sapi Belgian Blue dinilai perlu kaji ulang. Pasalnya, pengembangan sapi dengan mekanisme transfer embrio (TE) dan inseminasi buatan (IB) ini tidak cocok dengan sapi lokal.
‎Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Rochadi Tawaf mengatakan, dalam pengembangan jenis sapi baru, perlu memikirkan tiga hal, yaitu keekonomian, sosial, dan teknis pengembangan.
"Tapi kalau untuk penelitian bagus-bagus saja. Kalau bisa diaplikasikan ya hebat, kita gembira, tetapi kan apakah itu secara ekonomis menguntungkan, secara sosial bisa diterima, secara teknis bisa dilaksanakan. Tiga hal itu harus dipertimbangkan," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, faktanya, kata dia, sperma dan embrio sapi Belgian Blue yang bobotnya bisa mencapai 1 ton tidak akan cocok jika disuntikkan ke sapi lokal milik peternak yang rata-rata bobotnya hanya 250 kg.
Alasannya, sapi lokal Indonesia ukuran berat badannya 250 kg-300 kg. Untuk anak sapi yang biasanya hanya 15 kg-20 kg. Jika disuntik dengan embrio Belgian Blue kemungkinan tidak akan bisa.
"Sekarang dengan sperma dan embrio Belgian Blue lahir dengan 40 kg-45 kg. Pecah kan pinggulnya. Hal ini harus dipikirkan," kata dia.
Oleh sebab itu, Rochadi menilai jika langkah Kementan dalam mengembangkan sapi Belgian Blue dinilai baru sebatas penelitian. Namun, jika harus diaplikasikan ke peternak lokal, butuh waktu dan persiapan yang panjang.
"Jadi sampai hari ini belum ada publikasi yang menyatakan sapi double muscle (berbobot besar) yang secara komersial dilakukan. Kalau ada ya bagus. Jadi masih skala industri besar yang memang dia menangani sapinya dengan yang sophisticated (canggih). Karena sapi kelahiran teknologi, jadi membutuhkan pendekatan teknologi, belum pendekatan komersial murni. Peternak bisa tidak handle," tandas dia.
Kementan Kembangkan Sapi Belgian Blue
Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengejar target swasembada daging sapi. Salah satunya dengan mengembangkan jenis sapi baru, yaitu Belgian Blue melalui mekanisme transfer embrio (TE) dan inseminasi buatan (IB).
‎Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementan, Sugiyono, mengatakan, selama ini bobot sapi lokal yang dibudidayakan peternak dalam negeri rata-rata hanya sekitar 250 kg.
‎"Belgian Blue yang merupakan sapi tipe besar, sehingga terpenuhi protein hewani. Kalau sapi-sapi kita kan beratnya hanya 250 kg. Dikasih makan apa saja beratnya tidak akan lebih dari 300 kg-400 kg," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Belgian Blue merupakan jenis sapi dengan bobot yang besar atau bos taurus. Bobot sapi ini bisa mencapai 1 ton, yang artinya empat kali lipat dibandingkan bobot sapi lokal.
"Programnya jadi kita transfer embrio Belgian Blue dan IB. Dengan harapan kita akan dapat sapi Belgian Blue yang pertambahan bobot badan dan tingkat besarnya itu sampai 1 ton," kata dia.
Advertisement
Mekanisme Baru
Selain itu, ujar dia, sebenarnya mekanisme TE dan IB bukan merupakan hal yang baru. Sebelumnya, Kementan dan peternak lokal juga telah melakukan mekanisme yang sama dalam mengembangkan sapi Limosin, Simental dan Brahman. Namun, bobot sapi-sapi tersebut rata-rata hanya 500 kg.
"Makanya persilangan itu sudah bertahun-tahun di Indonesia dengan Limosin, Simental, Brahman sehingga beratnya bisa 500 kg. Nah ini (Belgian Blue) bisa di atas 700 kg-800 kg," jelas dia.
Jika mekanisme TE dan IB Belgian Blue ini berhasil dikembangkan oleh Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang yang berada di bawah Kementan, maka hal tersebut akan ditularkan kepada para peternak lokal.
"Kalau berhasil baru kita gandeng peternak. Kan peternak maunya sapinya gede, harga jualnya tinggi. Kita impor sperma dan embrio dari Belgia, untuk memperkaya sapi kita, variasi genetik, karena kita butuh cepat," tandas dia. Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: