Menko Luhut Angkat Bicara soal Rupiah Melemah

Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan menuturkan, kalau rupiah bergejolak jangan salahkan menteri keuangan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Mar 2018, 21:41 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2018, 21:41 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Korodinator Bidang Kemaritiman Luhut B. Pandjaitan meminta kepada kepada beberapa pihak untuk tidak menyalahkan Menteri Keuangan terkait pelemahan rupiah yang terjadi sejak Februari 2018.

Luhut B. Pandjaitan menuturkan, pelemahan rupiah semata-mata murni karena pengaruh global. Justru fundamental ekonomi Indonesia sangat baik, sehingga tidak bisa dijadikan alasan.

"Tidak ada data ekonomi yang tidak bagus di Indonesia, kalau rupiah goyang jangan terus salahkan Menteri Keuangan, karena memang murni pengaruh dari global," ucap Luhut di kantornya, Rabu (7/3/2018).

Sementara itu, di kesempatan yang sama Staf Khusus Menko Kemaritiman Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan pengaruh global lebih dikarenakan sentin yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

Setidaknya ada dua isu yang mempengaruhi pergerakan mata uang negara-negara di dunia. Pertama, rencana kenaikan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang kemudian mmenimbulkan banyak spekulasi di pasar dunia.

Kedua, sentimen rencana penetapan bea masuk untuk produk baja dari beberapa negara. Rencana ini memicu risiko perang dagang AS dengan beberapa negara, salah satunya China.

Namun demikian, Purbaya memastikan pemerintah dan Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dalam menjaga fluktuasi rupiah bisa dikendalikan. "Jadi enggak ada alasan ekonomi kita lemah kemudian rupiah melemah, memang globalnya seperti ini," tutur Purbaya. (Yas)

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Gerak Dolar AS

Rupiah Menguat Tipis atas Dolar
Pekerja bank menghitung uang dollar AS di Jakarta, Jumat (20/10). Pagi ini, Rupiah dibuka di Rp 13.509 per USD atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 13.515 per USD. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan hari ini. Mundurnya menasehat ekonomi Presiden AS Donald Trump mendorong pelemahan dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Rabu 7 Maret 2018, rupiah dibuka di angka 13.758 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.776 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.750 per dolar AS hingga 13.771 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 1,56 persen.Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.763 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.750 per dolar AS.

Dolar AS memang tertekan terhadap beberapa mata uang utama dunia usai kepala penasihat ekonomi Gedung Putih Gary Cohn mengundurkan diri dari pemerintahan Presiden Donald Trump.

Mantan Direktur Goldman Sachs ini memutuskan untuk berhenti setelah Trump mengumumkan akan mengenakan tarif bea yang tinggi pada impor baja.

Dalam sebuah pernyataannya, Cohn mengatakan bahwa merupakan sebuah kebanggaan bisa melayani negara terutama dengan adanya pemberlakukan kebijakan ekonomi yang pro pertumbuhan ekonomi untuk menguntungkan masyarakat AS.

Dolar AS masih akan terus tertekan sepanjang tahun ini sehingga memberikan peluang bagi mata uang euro untuk menguat. Oleh karena itu kenaikan suku bunga Bank Sentral AS diperlukan untuk menjaga kejatuhan dolar AS.

Pada 2017 kemarin, dolar AS mengalami pelemahan 10 persen terhadap euro. Padahal pada tahun kemarin sebagian besar pelaku pasar yakin dengan prospek pertumbuhan ekonomi AS dan juga Bank Sentral AS telah menaikkkan suku bunga.

Oleh sebab itu, pada tahun ini diperlukan kenaikan suku bunga yang progresif untuk menghindari pelemahan dolar AS lebih lanjut. Selain moneter, pemerintah juga perlu memberikan stimulus fiskal.

Jajak pendapat Reuters terhadap para ekonom, ahli strategi ekuitas dan analis semuanya menyarankan pemerintah AS salah untuk memotong pajak.

"AS perlu mencari lebih banyak investor asing, dan kami memperkirakan AS akan menghadapi persaingan yang lebih kuat daripada di masa lalu ketika memasarkan persediaan hutang yang meningkat ke investor asing," kata Thomas Flury, analis mata uang UBS Group AG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya