Liputan6.com, Jakarta - Kejahatan duplikasi kartu debit (skimming) terus terjadi. Pelaku skimming melakukan duplikasi data nasabah yang melakukan transaksi melalui Anjungan Tunai Mandiri (ATM) dan kemudian membobol rekening nasabah.
Corporate Secretary PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Agus Susanto menjelaskan, untuk menghindari dari kejahatan skimming, kewaspadaan perlu dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu dari pihak nasabah dan dari pihak perbankan juga akan terus meningkatkan keamanan.Â
Advertisement
Baca Juga
"Untuk nasabah ya harus hati-hati saat menekan PIN di ATM terdekat. Jangan sampai terbaca dengan orang lain saat menarik atau melakukan setor tunai,"Â jelas dia kepada Liputan6.com pada Senin (19/3/2018).Â
Agus melanjutkan, nasabah juga harus waspada jika melihat ada keanehan pada mesin ATM. "Misalnya jika kartu ATM masuknya tidak mulus ke mesin ATM atau ada alat yang tak biasa di mesin ATM," tuturnya.
Untuk perbankan, Agus mengungkapkan pentingnya untuk hati-hati dalam berbagi data pada pelanggan atau nasabah bodong dalam transaksi sehari-hari.
"Kita perbankan punya data. Nah ini jangan sampai dibagikan ke sembarang orang. Misal, ada yang mengaku mau menjual rumah dan butuh dana kita, kita tidak bisa kasih ini sembarangan. Nanti data ini mereka pakai buat skimming rekening nasabah kita," ujarnya.
"Ya intinya perlu berhati-hati dari semua pihak. Dari nasabah dan juga perbankan sendiri," tandasnya.
Sistem Keamanan Siber
Sebelumnya, Kementerian BUMN angkat bicara soal hilangnya uang nasabah akibat kejahatan duplikasi kartu debit melalui skimming di beberapa bank BUMN, seperti yang terjadi di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Kediri.
Beberapa upaya dipersiapkan, mulai dari mendatangkan ahli dari luar negeri sampai memperkuat sistem keamanan siber perbankan.
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Kementerian BUMN, Gatot Trihargo mengatakan, langkah antisipasi awal sudah dilakukan, dengan mendatangkan beberapa ahli dari luar negeri. "Kita sedang berusaha sekuat tenaga untuk melakukan mediasi terkait kasus itu," ujarnya pada Minggu 18 Maret 2018.Â
Kasus skimming atau raibnya rekening nasabah tidak hanya terjadi pada BRI saja, tapi juga tiga bank besar lainnya, yaitu BNI, Bank Mandiri dan BCA.
Gatot mengungkapkan, BRI adalah bank dengan nominal kehilangan terbesar. "Tidak besar sebenarnya (jumlah total uang yang hilang), sekitar Rp 3 miliar lah," jelas dia.
Setelah melacak riwayat skimming yang terjadi di beberapa bank, lanjut dia, hal tersebut lebih sering terjadi di daerah. Kementerian BUMN dikatakannya tengah berusaha untuk meminimalisir potensi kasus serupa kembali terjadi di daerah yang sama dan tempat lainnya.
Selain itu, sistem keamanan siber perbankan tak luput untuk diurus. Kementerian BUMN juga telah bekerjasama dengan pihak luar untuk memproteksi rawannya tindak skimming pada ranah dunia maya.
"Tidak hanya BRI saja, tapi di bank lain juga untuk mengantisipasi kasus (skimming) yang terjadi kemarin itu," pungkas Gatot.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement